Jumat, 23 September 2016

Mengaku Teman Majikannya, Penjahat Necis Perdayai PRT

Kebayoran Baru, Warta Kota
Seorang penjahat berpakaian necis (rapi dan bersih) perdayai pembantu rumah tangga (PRT) yang bekerja di sebuah rumah di Jalan Dwijaya II, Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (25/11).

Saat kejadian, majikan si pembantu yakni Erika (30) dan suaminya sedang pergi ke luar. Ditemui saat membuat laporan kejadian di Polresta Jakarta Selatan, Erika tampak murung. Meski demikian, wanita karir itu tetap bersedia menceritakan kronologi pencurian yang berakibat hilangnya dua laptop miliknya.

Dikatakan Erika, saat itu dia bersama Justin, suaminya, berangkat meninggalkan rumahnya di Jalan Dwijaya II. Di rumah hanya ada Ela, pembantunya.

”Dari penuturan Ela, pembantu saya, kejadiannya jam dua siang. Kata dia, ada seorang pria berpakaian rapi datang ke rumah saya. Pria itu mengaku teman kerja suami saya dan katanya disuruh sama suami saya mengambil laptop,” papar Erika.

Ela, kata Erika, saat itu tidak curiga jika pria itu ternyata seorang maling. “Karena pakaiannya rapi, jadi pembantu saya nggak ada curiga sama sekali,” Ucapnya.

Lantaran percaya dengan laki-laki itu adalah suruhan majikannya, akhirnya Ela mengambil dua laptop dari kamar majikannya. Setelah mengambil dua laptop, pelaku bergegas kabur.

“Saya benar-benar shock begitu mendengar cerita pembantu  saya. Padahal suami saya enggak pernah nyuruh siapapun buat ambil laptop,” ucapnya sambal geleng-geleng kepala.

Data hilang
Dikatakan Erika, dirinya sangat sedih kehilangan dua laptop tersebut. Sebab di dalamnya banyak data-data yang begitu penting.

Erika pun langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Jakarta Selatan. Pengaduannya diberi nomor LP/1996/K/XI/2015/PMJ/ResJaksel.

Saat ini kita serahkan kepada pihak kepolisian saja,”  tuturnya.

Menanggapi kejadian itu, Kassubag Humas Polres Metro Jakarta Selatan. Komisaris Minto Pandal Putro, akan segera menindaklanjutinya. Dia mengaku akan mengecek kejadian itu dan melakukan olah TKP. (bin)


Jumat, 02 September 2016

Kisah Pilu PRT Medan. Rindu Enam Tahun tak Berkirim Kabar

Matahari tak lagi cerah bagi Anis (25), Rukmiani (42) asal Demak, Endang (55), dan Dorce Dina (43). Keempat perempuan yang masing-masing berasal dari Malang, Demak, Madura, dan Nusa Tenggara Timur ini harus menghadapi kenyataan pahit, mendapat siksaan dari majikan mereka di tanah rantau, Medan.

Keinginan hidup lebih mapan di perantauan ternyata hanya bayangan semu semata. Yang ada hanya dera siksaan dari majikan dan keluarga majikan. Jangankan memperoleh gaji jutaan seperti yang dijanjikan dalam kontrak kerja, mereka bahkan diperlakukan sangat tidak manusiawi.

Kisah pilu keempat wanita malang ini dimulai sejak mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman H. Syamsul di bilangan Jalan Beo/Madong Lubis Medan Timur, Medan. H Syamsul Anwar adalah pemilik CV Maju Jaya yang bergerak di bidang pengerah tenaga kerja (PJTKI).

Mereka diperlukan sangat tidak manusiawi, tidak diberi makan layak, tidur sekandang dengan hewan peliharaan majikan, dan siksaan tanpa henti. Bahkan akhir Agustus lalu mereka harus menyaksikan salah seorang teman mereka, Cici asal Bekasi, meregang nyawa akibat kekejaman majikan mereka.

Mayat Cici dibuang begitu saja di daerah hutan di Kawasan Tanah Karo. Nasib Yanti, teman seprofesi yang lain, juga tak diketahui hingga kini. Ada kemungkinan sudah menjadi mayat. Temuan mayat beberapa waktu lalu di kawasan Gang Rakit Sungai Deli Medan Labuhan, kuat dugaan merupakan mayat Yanti.

Majikan mereka sangat kejam. Salah sedikit saja, tangan siap melayang. Tendangan dan pukulan  dengan alat seperti kemoceng, sabuk, gagang sapu, penghapus besi dan spatula hampir setiap hari mereka terima. Tak cukup dengan itu, karyawan lain yang bekerja pada keluarga H. Syamsul pun disuruh untuk meyiksa mereka.

Makanan  sisa

Saat ditemui wartawaan di Polresta Medan, Anis dan kawan-kawan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Selain syok, pakaian mereka lusuh. Di beberapa bagian tubuh nereka terlihat bekas luka dan lebam akibat penganiayaan yang dilakukan sang majikan. Mereka juga terlihat sangat ketakutan. “Kami diperlakukan sangat kejam, gaji pun kami tak diberi. Kalau makan, kami sering diberi makanan sisa yang isinya kebanyakan tulang-tulang. Bahkan nasi kami sering dicampur dengan dedak (makanan ternak),” terang Anis saat dimintai keterangan di kantor Polresta Medan. 

Jadi Saksi Kunci, Pembantu Jessica Masuk Perlindungan Saksi Polisi

PENYIDIK Polda Metro Jaya hingga kini masih mencari penyebab pasti mengapa Jessica Kemala Wongso membuang celana jinsnya, celana yang dip...