Matahari tak lagi cerah bagi Anis (25), Rukmiani (42) asal
Demak, Endang (55), dan Dorce Dina (43). Keempat perempuan yang masing-masing
berasal dari Malang, Demak, Madura, dan Nusa Tenggara Timur ini harus
menghadapi kenyataan pahit, mendapat siksaan dari majikan mereka di tanah
rantau, Medan.
Keinginan hidup lebih mapan di perantauan ternyata hanya
bayangan semu semata. Yang ada hanya dera siksaan dari majikan dan keluarga
majikan. Jangankan memperoleh gaji jutaan seperti yang dijanjikan dalam kontrak
kerja, mereka bahkan diperlakukan sangat tidak manusiawi.
Kisah pilu keempat wanita malang ini dimulai sejak mereka
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman H. Syamsul di bilangan Jalan
Beo/Madong Lubis Medan Timur, Medan. H Syamsul Anwar adalah pemilik CV Maju
Jaya yang bergerak di bidang pengerah tenaga kerja (PJTKI).
Mereka diperlukan sangat tidak manusiawi, tidak diberi makan
layak, tidur sekandang dengan hewan peliharaan majikan, dan siksaan tanpa
henti. Bahkan akhir Agustus lalu mereka harus menyaksikan salah seorang teman
mereka, Cici asal Bekasi, meregang nyawa akibat kekejaman majikan mereka.
Mayat Cici dibuang begitu saja di daerah hutan di Kawasan
Tanah Karo. Nasib Yanti, teman seprofesi yang lain, juga tak diketahui hingga
kini. Ada kemungkinan sudah menjadi mayat. Temuan mayat beberapa waktu lalu di
kawasan Gang Rakit Sungai Deli Medan Labuhan, kuat dugaan merupakan mayat
Yanti.
Majikan mereka sangat kejam. Salah sedikit saja, tangan siap
melayang. Tendangan dan pukulan dengan
alat seperti kemoceng, sabuk, gagang sapu, penghapus besi dan spatula hampir
setiap hari mereka terima. Tak cukup dengan itu, karyawan lain yang bekerja
pada keluarga H. Syamsul pun disuruh untuk meyiksa mereka.
Makanan sisa
Saat ditemui wartawaan di Polresta Medan, Anis dan
kawan-kawan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Selain syok, pakaian
mereka lusuh. Di beberapa bagian tubuh nereka terlihat bekas luka dan lebam
akibat penganiayaan yang dilakukan sang majikan. Mereka juga terlihat sangat
ketakutan. “Kami diperlakukan sangat kejam, gaji pun kami tak diberi. Kalau
makan, kami sering diberi makanan sisa yang isinya kebanyakan tulang-tulang.
Bahkan nasi kami sering dicampur dengan dedak (makanan ternak),” terang Anis
saat dimintai keterangan di kantor Polresta Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar