Orangtua MAJIKAN perkosa pembantu, itu sudah biasa. Tapi Dirun,
20, sungguh beda dengan yang lain. Dia sebagai pembantu, justru balik
memperkosa anak majikan, Tuti, 17, hingga hamil. Lompatan tradisi ini membuat orangtua Tuti marah, dan pembantu celamitan itu
dilaporkan ke polisi Polres Jember.
Pembantu wanita menjadi sasaran keluarga majikan, baik kepala keluarga maupun anaknya, sering
sekali terjadi di era gombalisasi ini. Mungkin mereka masih beranggaan bahwa pembantu
atau hamba sahaja Bahasa tempo doelunya, itu sah-sah saja digauli seperti jaman
dulu. Maklum, jika nafsu sudah menguasai otak, majikan atawa pembantu rasanya sama saja. Bahkan kata Bendot Srimulat dulu. “Biar pembantu yang
penting rasanya Bung!”
Dirun seorang pembantu rumah tangga dari Kelurahan Karangrejo,
Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, agaknya ingin mengubah mindset seperti
itu. Kenapa pembantu terus yang diperkosa majikan? Kenapa tak ada perlawanan atau pemberontakan tradisi?
Maka katanya kemudian, “Nih gua yang berani tampil beda. Akan gua perkosa itu anak
majikan!”
Belakangan ini dalam diri Dirun memang sedang terjadi pergulatan
batin. Dia yang bekerja di rumah Kartowi, 54, ternyata jatuh cinta dengan putri
tuan rumah, Tuti yang lumayan cantik dan sedang mengkel-mengkelnya. Tapi untuk
mendeklarasikan cintanya tak ada keberanian. Sebab bagaimanapun juga strata
sosialnya sangat beda: sana majikan sini pembantu. Sana boss, sini naik bis.
Kastanya sangat beda, kata orang Bali.
Secara teoritis tak mungkin Dirun bisa mendapatkan Tuti. Kisah
Joko Kendil yang berhasil persunting putri raja, itu kan hanya dongeng sebelum tidur.
Rielnya di lapangan, tak mungkin pembantu bisa persunting anak majikan. Maka setan
pun memberi solusi, jalan satu-satunya harus lewat jalur perkosaan. “Kalau pakai jalur independen kelamaan, karena
harus kumpulkan KTP segala.” Kata setan lebih lanjut.
Kebetulah rumah majikannya kosong, yang ada hanya dia dan
Tuti seorang. Yang lain seperti Udin, Amir dan Hasan sedang ada di buku Bahasaku
karya WJS Purwodarminto dan BM Noor. Situasi demikian kondusif menjadikan Dirun
semakian mantap dengan tekadnya. Maka
Tuti yang sedang nonton TV itu langsung disergap dengan ancaman. Berhasillah
pembantu itu melampiaskan nafsunya.
Lain kali kembali Dirun beraksi. Mungkin karena Tuti juga menikmati,
kini menjadi lebih mudah penjahat kelamin pemula ini beraksi. Tanpa ancaman berarti
gadis itu menyerahkan kehormatannya. Ini kemudian terjadi berulangkali sehingga ada akhirnya Tuti pun hamil
empat bulan.
Sudah barang tentu keluarga Pak Kartowi kalang kabut,
putrinya dapat “saham” kosong, sedangkan saat itu belum punya mantu. Usut punya usut ternyata
pelakunya Dirun pembantu rumah tangganya. Ini tamparan kedua kali. Mana mungkin
punya mantu seorang pembantu rumah tangga, apa kata dunia? Minimal kan anggota
DPRD, sukur-sukur tidak korupsi perda reklamasi.
Dirun dilaporkan ke Polres Jember dan ditangkap. Dalam pemeriksaan dia mengakui terus
terang, tak tahan melihat kecantikan Tuti. Sedang untuk melamar dengan cara
biasa sangat tidak mungkin, karena status sosialnya sangat beda. ”Paling gampang
ya diperkosa saja. Intinya kan itu….,” kata
Dirun.
Perkosawan omongannya sudah kayak pengacara. (JPNN/Gunarso
TS}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar