Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR menyambangi Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian, Selasa (6/10), di Markas Polda Metro Jaya. Kedatangan MKD terkait kasus dugaan penganiayaan pembantu oleh anggota DPR berinisial IH. Tito mengatakan, pihaknya akan memanggil istri terlapor pada Jumat mendatang. "Kami (panggil) saksi dulu, (baru) bisa jalan. Saksi tanpa perlu izin presiden bisa kami panggil," katanya. Terkait status anggota Dewan, Tito menyebutkan, yang bersangkutan masih sebagai terlapor. Ia menjelaskan, dalam strategi penyidikan bisa memecah kasus menjadi dua karena kemungkinan tersangkanya ada dua. Wakil Ketua MKD Junimart Girsang mengatakan, tujuan kunjungan ke Polda Metro itu dalam rangka mencari informasi tentang adanya dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan IH dan istrinya. "Maka, kami dari MKD harus proaktif menyikapi persoalan ini agar kami juga bisa bersikap secara cepat dan bisa bersinergi dengan polisi untuk mempercepat kasus ini agar bisa dirasakan manfaatnya oleh publik," katanya. (RAY/RTS)
Ingin menggadaikan rumah? Karena rumah dijual sayang. Jangan khawatir, kebutuhan untuk rencana Anda dapat diatasi. Untuk keterangan, silakan hubungi Pak Hans TS di handphone/whatsapp 0819 3261 8088.
Kamis, 22 Oktober 2015
Selasa, 04 Agustus 2015
Tiga Brimob Dituduh Setrum Pembantu
TIGA dari empat anggota Brimob Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) diperiksa atas kasus penganiayaan terhadap MD, 17, pembantu rumah tangga.
Kasus yang menyeret aparat Brimob ini berawal dari adanya laporan pencurian batu akik dan perhiasan milik majikan MD. Kasus itu ditangani Polsek Oebobo, namun tidak cukup bukti sehingga MD dipulangkan. Namun, majikannya tidak puas dan selanjutnya melapor ke Brimob.
Berdasarkan laporan MD, saat diperiksa aparat Brimob, ia disiksa dengan disetrum memakai alat kejut milik Brimob pada leher dan tangan. Penyiksaan dilakukan selama 14 jam mulai pukul 12.00 hingga pukul 02.00 WIT dini hari. Selama disiksa, MD hanya diberi makan satu kali dan tidak boleh tidur. Wakapolda NTT, Komisaris Besar Sumartono mengatakan tiga oknum Brimob saat ini diperiksa secara intensif oleh Divisi Propam Polda. "Kalau terbukti, mereka bisa dipidana." terangnya. (PO/N-4)
KUNJUNGI KORBAN
Ketua Komnas Perlindungan anak (PA) Arist Merdeka Sirait bertemu MD, 17, pembantu rumah tangga yang dianiaya anggota Brimob Polda Nusa Tenggara Timur, di rumahnya di Kelurahan Manutepen, Kota Kupang, kemarin.
Rabu, 08 Juli 2015
Berangkat TKI Pulang Sarjana
MENJADI orang yang berguna bagi orang banyak nampaknya benar-benar dilakukan Heni Sri Sundani. Perempuan 28 tahun asal Ciamis, Jawa Barat, itu bercita-cita menjadi guru di sekolah alam dan pendidikan yang sudah dienyamnya di Hong Kong, Ia mengajak para petani untuk mengembangkan desa dengan konsep kampung wisata bisnis di Bogor, Jawa Barat.
Walau menjadi pembantu rumah tangga di Hong Kong, pekerjaan itu tidak seperti pembantu rumah tangga pada umumnya. Selama di sana, ia rajin ke perpustakaan untuk membaca buku dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Saint Mary's University mengambil jurusan manajemen entrepreneur. Informasi beasiswa itu ia dapatkan dari koran yang dibagikan gratis di sana.
"Kebetulan di Hong Kong itu hari Minggu libur kerja. Jadi saya menyempatkan kuliah di hari Minggu dan tanggal merah lainnya. Juga enaknya di Hong Kong, saya diperbolehkan mengirim tugas via e-mail di hari kerja dan pas hari libur baru saya datang ke kampus dan kuliah," kata Heni.
Berkat keuletannya, kerajinan, dan kepandaiannya, ketika kembali ke Indonesia, tidak saja membawa uang, Heni juga berhasil membawa gelar S-1 dengan nilai cumlaude. "Saya punya prinsip, berangkat boleh sebagai TKI, tapi pulang harus jadi seorang sarjana," ungkap Heni.
Tidak semata itu, koran dan majalah berbahasa Indonesia di Hong Kong memberikan kesempatan mengasah bakat menulisnya. Ia menulis opini, resensi buku, artikel motivasi, cerpen, dan potret kehidupan TKI. Ia juga mengikuti berbagai lomba menulis. Dari hasil menulis dan memenangi lomba itulah Heni bisa mendapatkan uang tambahan untuk membeli buku dan laptop.
Selama kuliah dan kerja itu pun, Heni selalu berusaha menyisihkan gaji kerjanya. Betapa senangnya Heni karena selain bisa bekerja dan bisa mengenyam pendidikan,. Ia bisa membantu keluarga yang ada di Indonesia. "Jadi itu memang sebuah kesempatan bagi diri saya yang sangat luar biasa dan saya harus bisa benar-benar memanfaatkannya," sambung Heni.
Wisata pendidikan
Bersama sang suami, Aditia Ginantaka, Heni membuat wisata pendidikan pertanian di Kampung Jampang, Bogor bernama Agroedu Jampang Community. Komunitas yang berisikan petani dan keluarga itu tidak hanya membuat kampung wisata, tapi juga membuat olahan oleh-oleh khas Bogor.
Bersama komunitasnya, Heni menciptakan gerakan anak petani cerdas. Kini sudah mencapai 5000 anak petani yang tersebar di lima kampung. Ia juga menyelamatkan anak-anak putus sekolah dengan memberikan beasiswa kepada para siswa berprestasi yang memiliki keterbatasan dana.
Tak hanya itu, dia juga menggagas gerakan pembangunan mandi cuci kakus (MCK), layanan posyandu keliling gratis setiap bulannya, serta memberikan makanan sehat dan bergizi untuk menyelamatkan anak-anak kampung yang mengalami kekurangan gizi atau gizi buruk serta menolong warga yang membutuhkan pertolongan medis dengan biaya yang ditanggung dirinya sendiri.
Heni juga mengajarkan kemandirian dan meningkatkan kualitas hidup keluarga petani dengan membentuk kelompok tani dan kelompok wanita tani yang tersebar di desa-desa dekat tempat tinggalnya.
Di masa depan, ia berharap dapat mengembangkan komunitas itu menjadi sebuah yayasan yang bisa melakukan kegiatan lain untuk kesejahteraan masyarakat sekitar. (Rio/M-4)
Rabu, 24 Juni 2015
Suami Lebih Berpihak Pada Pembantu
Pertanyaan Kepada Tabloid Nova oleh B di Kota X,
Saya sudah hampir 2 tahun menikah dnn punya seorang bayi usia 5 bulan. Rasanya saya makin jauh dari bahagia setelah memiliki rumah sendiri, padahal sayalah yang selama ini merengek pada suami dan minta pindah dari rumah mertua. Dalam keadaan punya bayi, mana enak, sih, Bu, kalau bayi kita menangis lalu ipar-ipar memberi kode bahwa mereka tak senang anak kita ribut. dari mula berdehem-dehem, sampai membanting pintu kamarnya (di sebelah saya) sambil mengomel, mengatakan tak bisa tidur karena ribut.
Karena tinggal dengan mertua, maka saya tak terlalu ikut campur dengan urusan masakan, dan lain-lain yang terkait dengan pembantu. Saya tak mau cari gara-gara dengan melanggar "batas" kekuasaan mertua perempuan yang amat menikmati perannya di dapur itu. Masaknya memang enak-enak, dan ia adalah ibu rumah tangga jempolan. susahnya ia amat ingin saya bisa seperti dia dalam menyediakan keperluan anaknya yang sekarang jadi suami saya.
Padahal, saya tidak dididik untuk jadi "ratu dapur" oleh ibu saya, karena beliau berpendapat, perempuan harus pandai agar bisa mandiri, secara ekonomi. Nyatanya, walau sarjana dan pernah bekerja dengan penghasilan bagus, kini suami melarang saya bekerja, karena ia melihat tak ada alasan bagi saya untuk bekerja. Uang sudah cukup, dan ada anak yang harus diurus pula.
Bu Rieny, jangan mengira saya ini kawin tanpa masalah. Bu. Suami adalah keturunan asing, sehingga waktu menikah, saya dapat tentangan hebat dari keluarga saya, demikian pula dari pihaknya. Apalagi, ia kemudian juga memeluk agama yang saya peluk. Sejauh ini, sebenarnya kalau masalah cinta, rasanya tak ada masalah. Perhatian dan kasih sayang suami saya rasa oke-oke saja. tapi di rumah, saya, kok, tidak bisa merasa seperti yang punya rumah. Pembantu, Bu!
Kami dibekali pembantu oleh mertua untuk membantu agar saya tak repot "judulnya". Manis, ya, Bu? Tapi, kenyataannya malah jauh dari harapan sebelumnya. Ia tak lebih dari mata-mata mertua, yang rajin menelepon dan menanyakan anaknya dimasakkan apa hari ini oleh istrinya, dan serangkaian pertanyaan lain yang membuat saya tak nyaman. Suami tak kurang-kurang sumbangannya pada situasi ini, karena setiap kali saya memcoba membuat masakan, ia selalu mengatakan masakan saya tak enak, tak sesuai dengan seleranya, dan lebih baik pembantu mama saja yang masak.
Terakhir, yang membuat saya naik pitam adalah ketika kami sedang makan dan pembantu setengah mengadu pada suami tentang anak yang menangis terus, dan sekilas ia katakan bahwa saya ini bukan hanya tak cakap di dapur, tapi rupanya juga tak terlalu sayang pada anak. Saya marah sekali, Bu. Lebih marah lagi pada suami, karena ia malah menyatakan diri untuk berpihak pada pembantu. bagaimana tidak, ketika saya mengusirnya, suami mengatakan tidak! ia katakan, bagaimana saya bisa menyelenggarakan rumah tangga kalau mengurus anak tanpa masak saja saya tak bisa.
Bayangkan, Bu Rieny, posisi saya rupanya seperti itu saja di hadapan suami. Saya juga tahu pasti bahwa pembantu sudah menelepon mertua, dan rupanya juga mendapat dukungan untuk bertahan saja. alangkah tidak nyamannya saya, kalau setiap pagi harus berinteraksi dengannya, melihat gayanya yang seakan-akan berkata, "Siapa, sih, kamu itu? Beruntung saja kamu dikawini oleh suamimu!"
Sudah 3 bulan ini terjadi, dan saya sungguh seperti hidup di neraka, Bu, tak mungkin meminta tolong keluarga saya. Orang tua sudah meninggal semua, adik-adik saya pun sibuk dan tidak tinggal sekota. Yang bisa saya jadikan penghiburan, kalau suami melihat saya tidak macam-macam dengan si pembantu, ia pun baik pada saya. Lalu, pada anak, si pembantu juga tampak telaten dan syang. Itu saja, bu, saya mencoba merasionalkan diri saat berhubungan dengannya.
Tapi, Bu, membayangkan saya "kalah" dengannya, sakit sekali hari ini. Apa yang harus saya lakukan, ya, Bu, mengeluarkannya tak mungkin, demikian selalu mengatakan tak mau berdiskusi kalau tentang Iyem, karena katanya ia kenal Iyem jauh lebih dulu sebelum kenal saya. Memang, ia sudah bekerja lebih dari 10 tahun pada keluarga suami. Bu. Bagaimana saya bisa keluar dari masalah ini, Bu? Terima kasih.
Jawaban Pengelola Rubrik Nova - Ibu Rieny,
Apa yang menjadi masalah Anda sekilas tampak remeh, tapi saya yakin memang bisa jadi makin serius dan menjalar kepada kerukunan keluarga, kalau Anda tak segera menyelesaikannya. Karena suami bisa saja lalu merasa, kok, susah sekali, sih, mendapat ketenangan, padahal sudah punya rumah sendiri, dan ada pula anak dan istri. Perbedaan pandangan tentang berat ringannya masalah adalah salah saru kendala yang menyebabkan permasalahan dalam sebuah perkawinan lalu sukar diselesaikan disini, tampak benar perbedaan antara perempuan dan lelaki dalam melihat dan menghayati permasalahan.
Suami, jelas berpikir praktis, dengan menjadikan HANYA dirinya sebagai acuan, bukan? Artinya, kalau kenyamanan saya terjamin, mestinya istriku tak perlu punya masalah. Makan enak, anak bisa terurus baik, dan keinginan istri juga sudah dituruti, punya rumah sendiri. Kalau kemudian masalah masih saja ada, ini namanya mengada-ada, alias reseh.
Istri, wah, barangkali air mata yang keluar sudah hampir berubah menjadi air mata "darah", karena bermuatan emosi yang berat sekali. dari mulai perasaan bahwa Anda KALAH oleh pembantu, sampai adanya konspirasi jahat alias persengkokolan antara mertua, nun di rumahnya sana, dengan agen atau mata-matanya di rumah Anda. Dari mulai perasaan bahwa suami lebih berpihak pada pembantu, sampai betapa sendiriannya Anda di dunia ini, karena Anda tak berdaya!
Nah, memang inilah sebenarnya dua masalah utama Anda, Bu. Satu, Anda tak berhasil membuat suami mampu melihat masalah dari sudut pandang Anda, dan demikian pula sebaliknya, suami juga tak merasa harus repot-repot membuat Anda paham akan cara pandangnya terhadap masalah ini. Yang kedua, Anda ingin sekali mengingkari kenyataan situasi saat ini (saya katakan saat ini, karena ini bukanlah suatu situasi yang tak bisa diubah), bahwa pada hal-hal tertentu, memang ada ketergantungan Anda pada pembantu "warisan mertua" itu. Mengenai kontrol jarak jauh mertua, dan pengalaman buruk dengan ipar-ipar dahulu, kita jadikan masalah ikutan sajalah, ya, artinya bukan keberatan utama Anda saat ini, bukan?
Untuk langkah awal, bagaimana kalau Anda juga mencoba untuk memahami bagaiaman suami melihat masalah ini, daripada memaksakan agar suami yang melakukannya terlebih dahulu. Ada konsekuensinya disini, tekan dulu EGO Anda,. Artinya, kalau ada impuls atau keinginan di dalam diri untuk mengatakan. "Mestinya, aku, kan, yang ia dengarkan", atau "Masak, sih, aku dibandingkan dengan si Iyem". Jangan Bu, tapi bayangkan, suami pulang kantor, lapar dan ingin makan (enak, seenak di rumah ibunya dulu). Kenapa, kok, ia harus "menderita" di rumahnya sendiri, bukan?
Dengan menemukan bahwa ketika istrinya memasak masih tak sesuai dengan seleranya, hemat saya, bagian yang paling sukar dari ini adalah ketika B harus mengakui kenyataan bahwa Iyem memang lebih kompeten dalam masak-memasak.
Tapi, ada "celah" yang sangat baik disini, sebenarnya. Coba diingat-ingat, B, apakah ada pernyataan suami bahwa Anda tidak kompeten sebagai ISTRI? Tidak, bukan? Sementara, Iyem, kan, ada di rumah Anda karena kompetensinya adalah masak-memasak.
Jadi, siapa yang meletakkan Anda dan Iyem untuk diperbandingkan? Justru Anda sendiri, bukan? penyebabnya, bisa banyak sekali. Dari kejengkelan Anda karena Iyem mengingatkan Anda akan ibu mertua, sampai kejengkelan Anda pada diri sendiri yang tak pandai masak!
Nah, celah ini bisa ditutup, kan? tak ada keharusan untuk membandingkan diri dengan Iyem dan tak perlu? Suami tak mengatakan Anda istri yang buruk, kok, dengan ketidakmahiran Anda dalam masak memasak. Mengapa tidak membiarkan saja Iyem berkerajaan di dapur? Dengan demikian, ia tak perlu memasuki wilayah Anda, bukan?
Kalau tekanan-tekanan dari Anda berkurang, apalagi disertai kesediaan yang tulus dari Anda uintuk mencoba melakukan rekonsiliasi alias berbaik-baik dengannya, bukan tidak mungkin, pada suatu hari Anda akan menemukan bahwa Iyem justru menjadi rekan tangguh Anda!
Saya sudah lama sekali merasa punya pembantu, Bu B. Karena dua orang di rumah saya itu, yang sudah ikut sejak anak saya yang kini mahasiswa berusia 5 bulan, sudah lama saya anggap sebagai bagian dari rumah dan keluarga saya. Tak terbayangkan oleh saya, apa yang saya bisa lakukan tanpa mereka. dan B mau tahu tidak resepnya? menjadikan mereka sebagai MITRA terpercaya saya di rumah, dan tidak masuk ke dalam wilayah yang jadi kompetensinya. saya mah sudah lama berhenti mencoba masak-memasak, B. Jelas, anak-anak dan suami lebih suka masakan Sri, daripada saya. Dan, yang saya dapatkan, bukan hanya bantuan menyelesaikan masalah rumah tangga B, melainkan juga sosok yang mengerti saya, bahkan jauh lebih mengerti ketimbang saudara kandung sendiri!
Logis, bukan, karena mereka bersama-sama saya sekian puluh tahun. Dan saya yakin, pola hubungan kami juga sudah bukan karena pekerjaan lagi, saya yakin mereka sayang dan peduli pada saya. buktinya, walau ada keputusan-keputusan dalam hidup yang saya buat, yang mereka juga tak begitu sukai, mereka tetap" mendampingi" saya, dan tidak meninggakan saya sekeluarga. beruntung sekali, ya, saya ini?
Tentu B, dan B juga pasti bisa seperti saya, kalau mampu menjadikan Iyem sebagai mitra dan bukan malah musuh di rumah sendiri. Katakan pada diri bahwa Anda punya otoritas di rumah Anda, dan atas izin Andalah Iyem boleh berkuasa di dapur. Jangan musuhi, tapi gunakan "kekuasaan" Anda untuk mengatakan padanya," Hari ini masak ini, ya, yem, Bapak suka, lo, masakannya yang itu!" bukankah komando tetap di tangan Anda? Atau, tanya pada suami di depan Iyem, "Mau makan apa hari ini, biar Iyem menyiapkannya untuk Abang."
Nah, setelah hubungan Anda membaik dengannya, percaya deh, ia juga akan kehilangan "kesenangan" mengadu pada mertua, wong ia sudah dapat, kok, apa yang ia butuhkan. Apa itu? Perasaan bahwa ia diterima, diakui kemampuannya, dan lebih penting lagi, dibutuhkan!
Tahap berikutnya, baru Anda perkenalkan pada Iyem, batas-batas mana yang tak boleh ia langgar. Misalnya, saat makan, Anda memang sebaiknya hanya berdua suami saja. Masak, sih, meladeni makan juga butuh asisten? Jadikanlah saat makan sebagai bagian dari kehidupan pribadi Anda. Di saat awal, bisa dengan memintanya menjaga anak, sementara Anda makan, Baik juga kalau pelan-pelan. Anda meningkatkan kompetensi Anda dalam masak memasak. Hati-hati, mulailah dengan jenis makanan yang lain dari yang disajikan Iyem. Kalau ia bisa memasak Chinese Food, cari keahlian di masakan Eropa, misalnya. Sesekali, demonstrasikan ini, artinya Anda juga membiasakan suami untuk mencoba selera yang lain, bukan?
Yang paling penting, SUASANA HATI itu lo, Non, yang harus diubah. Iyem bukanlah saingan yang harus dikalahkan, tapi mitra yang harus dipelihara perasaannya agar ia juga mau mengakui bahwa Ratu Rumah Tangga adalah Anda, dan bukan mertua Anda yang nun jauh disana.
Kalau saya terlihat seakan tak memihak Anda sama sekali, bukan maksud saya, lo. Saya cuma ingin mengingatkan Anda bahwa lingkungan tak bisa Anda ubah, apalagi Anda kuasai sepenuhnya. Yang Anda miliki hanyalah diri Anda. Karena itu, hanya ini yang memang bisa Anda manipulasi habis-habisan untuk membuat Anda bisa "survive" menghadapi tantangan hidup. Selamat memulai strategi baru, jangan pesimis, ya, B, karena Anda punya banyak modal dasar, kok, sebenarnya. cinta Anda dan suami, anak yang lucu, serta sebenarnya Iyem yang memang pandai masak dan sayang anak, bukan? Salam!.
Suami, jelas berpikir praktis, dengan menjadikan HANYA dirinya sebagai acuan, bukan? Artinya, kalau kenyamanan saya terjamin, mestinya istriku tak perlu punya masalah. Makan enak, anak bisa terurus baik, dan keinginan istri juga sudah dituruti, punya rumah sendiri. Kalau kemudian masalah masih saja ada, ini namanya mengada-ada, alias reseh.
Istri, wah, barangkali air mata yang keluar sudah hampir berubah menjadi air mata "darah", karena bermuatan emosi yang berat sekali. dari mulai perasaan bahwa Anda KALAH oleh pembantu, sampai adanya konspirasi jahat alias persengkokolan antara mertua, nun di rumahnya sana, dengan agen atau mata-matanya di rumah Anda. Dari mulai perasaan bahwa suami lebih berpihak pada pembantu, sampai betapa sendiriannya Anda di dunia ini, karena Anda tak berdaya!
Nah, memang inilah sebenarnya dua masalah utama Anda, Bu. Satu, Anda tak berhasil membuat suami mampu melihat masalah dari sudut pandang Anda, dan demikian pula sebaliknya, suami juga tak merasa harus repot-repot membuat Anda paham akan cara pandangnya terhadap masalah ini. Yang kedua, Anda ingin sekali mengingkari kenyataan situasi saat ini (saya katakan saat ini, karena ini bukanlah suatu situasi yang tak bisa diubah), bahwa pada hal-hal tertentu, memang ada ketergantungan Anda pada pembantu "warisan mertua" itu. Mengenai kontrol jarak jauh mertua, dan pengalaman buruk dengan ipar-ipar dahulu, kita jadikan masalah ikutan sajalah, ya, artinya bukan keberatan utama Anda saat ini, bukan?
Untuk langkah awal, bagaimana kalau Anda juga mencoba untuk memahami bagaiaman suami melihat masalah ini, daripada memaksakan agar suami yang melakukannya terlebih dahulu. Ada konsekuensinya disini, tekan dulu EGO Anda,. Artinya, kalau ada impuls atau keinginan di dalam diri untuk mengatakan. "Mestinya, aku, kan, yang ia dengarkan", atau "Masak, sih, aku dibandingkan dengan si Iyem". Jangan Bu, tapi bayangkan, suami pulang kantor, lapar dan ingin makan (enak, seenak di rumah ibunya dulu). Kenapa, kok, ia harus "menderita" di rumahnya sendiri, bukan?
Dengan menemukan bahwa ketika istrinya memasak masih tak sesuai dengan seleranya, hemat saya, bagian yang paling sukar dari ini adalah ketika B harus mengakui kenyataan bahwa Iyem memang lebih kompeten dalam masak-memasak.
Tapi, ada "celah" yang sangat baik disini, sebenarnya. Coba diingat-ingat, B, apakah ada pernyataan suami bahwa Anda tidak kompeten sebagai ISTRI? Tidak, bukan? Sementara, Iyem, kan, ada di rumah Anda karena kompetensinya adalah masak-memasak.
Jadi, siapa yang meletakkan Anda dan Iyem untuk diperbandingkan? Justru Anda sendiri, bukan? penyebabnya, bisa banyak sekali. Dari kejengkelan Anda karena Iyem mengingatkan Anda akan ibu mertua, sampai kejengkelan Anda pada diri sendiri yang tak pandai masak!
Nah, celah ini bisa ditutup, kan? tak ada keharusan untuk membandingkan diri dengan Iyem dan tak perlu? Suami tak mengatakan Anda istri yang buruk, kok, dengan ketidakmahiran Anda dalam masak memasak. Mengapa tidak membiarkan saja Iyem berkerajaan di dapur? Dengan demikian, ia tak perlu memasuki wilayah Anda, bukan?
Kalau tekanan-tekanan dari Anda berkurang, apalagi disertai kesediaan yang tulus dari Anda uintuk mencoba melakukan rekonsiliasi alias berbaik-baik dengannya, bukan tidak mungkin, pada suatu hari Anda akan menemukan bahwa Iyem justru menjadi rekan tangguh Anda!
Saya sudah lama sekali merasa punya pembantu, Bu B. Karena dua orang di rumah saya itu, yang sudah ikut sejak anak saya yang kini mahasiswa berusia 5 bulan, sudah lama saya anggap sebagai bagian dari rumah dan keluarga saya. Tak terbayangkan oleh saya, apa yang saya bisa lakukan tanpa mereka. dan B mau tahu tidak resepnya? menjadikan mereka sebagai MITRA terpercaya saya di rumah, dan tidak masuk ke dalam wilayah yang jadi kompetensinya. saya mah sudah lama berhenti mencoba masak-memasak, B. Jelas, anak-anak dan suami lebih suka masakan Sri, daripada saya. Dan, yang saya dapatkan, bukan hanya bantuan menyelesaikan masalah rumah tangga B, melainkan juga sosok yang mengerti saya, bahkan jauh lebih mengerti ketimbang saudara kandung sendiri!
Logis, bukan, karena mereka bersama-sama saya sekian puluh tahun. Dan saya yakin, pola hubungan kami juga sudah bukan karena pekerjaan lagi, saya yakin mereka sayang dan peduli pada saya. buktinya, walau ada keputusan-keputusan dalam hidup yang saya buat, yang mereka juga tak begitu sukai, mereka tetap" mendampingi" saya, dan tidak meninggakan saya sekeluarga. beruntung sekali, ya, saya ini?
Tentu B, dan B juga pasti bisa seperti saya, kalau mampu menjadikan Iyem sebagai mitra dan bukan malah musuh di rumah sendiri. Katakan pada diri bahwa Anda punya otoritas di rumah Anda, dan atas izin Andalah Iyem boleh berkuasa di dapur. Jangan musuhi, tapi gunakan "kekuasaan" Anda untuk mengatakan padanya," Hari ini masak ini, ya, yem, Bapak suka, lo, masakannya yang itu!" bukankah komando tetap di tangan Anda? Atau, tanya pada suami di depan Iyem, "Mau makan apa hari ini, biar Iyem menyiapkannya untuk Abang."
Nah, setelah hubungan Anda membaik dengannya, percaya deh, ia juga akan kehilangan "kesenangan" mengadu pada mertua, wong ia sudah dapat, kok, apa yang ia butuhkan. Apa itu? Perasaan bahwa ia diterima, diakui kemampuannya, dan lebih penting lagi, dibutuhkan!
Tahap berikutnya, baru Anda perkenalkan pada Iyem, batas-batas mana yang tak boleh ia langgar. Misalnya, saat makan, Anda memang sebaiknya hanya berdua suami saja. Masak, sih, meladeni makan juga butuh asisten? Jadikanlah saat makan sebagai bagian dari kehidupan pribadi Anda. Di saat awal, bisa dengan memintanya menjaga anak, sementara Anda makan, Baik juga kalau pelan-pelan. Anda meningkatkan kompetensi Anda dalam masak memasak. Hati-hati, mulailah dengan jenis makanan yang lain dari yang disajikan Iyem. Kalau ia bisa memasak Chinese Food, cari keahlian di masakan Eropa, misalnya. Sesekali, demonstrasikan ini, artinya Anda juga membiasakan suami untuk mencoba selera yang lain, bukan?
Yang paling penting, SUASANA HATI itu lo, Non, yang harus diubah. Iyem bukanlah saingan yang harus dikalahkan, tapi mitra yang harus dipelihara perasaannya agar ia juga mau mengakui bahwa Ratu Rumah Tangga adalah Anda, dan bukan mertua Anda yang nun jauh disana.
Kalau saya terlihat seakan tak memihak Anda sama sekali, bukan maksud saya, lo. Saya cuma ingin mengingatkan Anda bahwa lingkungan tak bisa Anda ubah, apalagi Anda kuasai sepenuhnya. Yang Anda miliki hanyalah diri Anda. Karena itu, hanya ini yang memang bisa Anda manipulasi habis-habisan untuk membuat Anda bisa "survive" menghadapi tantangan hidup. Selamat memulai strategi baru, jangan pesimis, ya, B, karena Anda punya banyak modal dasar, kok, sebenarnya. cinta Anda dan suami, anak yang lucu, serta sebenarnya Iyem yang memang pandai masak dan sayang anak, bukan? Salam!.
Selasa, 31 Maret 2015
Jumilah, PRT & Tidak Bisa Baca Tulis tapi Mendirikan Sekolah
Jumilah (30) perempuan Kampung Duduk Bawah, Desa Batu Layar, Nusa Tengggara Barat (NTB) tidak bisa baca tulis dan hitung-hitungan. Profesinya pun PRT. Setelah belajar otodidak, ia mengajar anak-anak belajar calistung di alam bebas. Berkat Jumilah, sekolah permanen sudah berdiri namun anak-anak didiknya seusai sekolah tetap belajar lagi bersamanya. Demikian pula Jumilah, tetap mengajar seusai bekerja di rumah majikannya.
Pada tahun 1987, Jumilah masuk Sekolah Dasar (SD) No. 5 Batu Layar. Seperti murid lain, ia rajin ke sekolah meskipun jarak antara rumah dan sekolahnya, cukup jauh dan melalui jalan setapak di pinggir kali.
Dari kampung Duduk Bawah, saat itu hanya tiga orang yang disekolahkan orang tuanya. Itu pun Jumilah sendiri yang perempuan. Menjelang kenaikan kelas, Kepala Sekolah minta sumbangan Rp 4.000 untuk membangun tembok halaman sekolah. Orang tuanya menolak memberikan lantaran tak memilik uang untuk menyumbang. Jumilah pun disuruh berhenti sekolah.
Sejak itu, anak bungsu dari 7 bersaudara pasangan Haris dan Nurisah itu membantu ibu dan ayahnya, mencari kayu bakar di hutan tak jauh dari kampungnya. dua tahun berhenti sekolah, ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Majikannya sering memarahi karena Jumilah sering tekor jika disuruhnya berbelanja ke pasar. Ia sadar, ia tak bisa berhitung. Juga membaca dan menulis. Akibat seringnya melakukan kesalahan, maka Jumilah diberhentikan dari pekerjaannya.
Jumilah pun kembali masuk hutan membantu ibunya mencari kayu bakar untuk menyambung hidup. Tak terasa pada tahun 1995, Jumilah sudah beranjak menjadi gadis. Dan pada tahun itu juga ia disunting Ishak (kini 34 tahun)) pemuda pujaannya. sejak itu ia hidup sebagai ibu rumah tangga. Dari perkawinannya dengan Ishak, Jumilah dikaruniai 3 anak. Yang sulung kini sudah duduk di kelas XII SMA. Adiknya, SMP kelas VIII dan si bungsu baru 2 tahun.
PELAJARI BACA TULIS SAAT ANAK BELAJAR
Kisah hidup Jumilah menjadi menarik lantaran ia memendam semangat untuk belajar. Kendati sudah tidak muda lagi. Maka ketika anak sulungnya duduk di kelas II SD, diam-diam ia mengikuti anaknya mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah). Bahkan menghafal abjad dari A ke Z, ia pelajari dari anaknya. Sampai suatu ketika, anaknya sebel pada ibunya. "Ibu belajar begini-begini sudah ketinggalan zaman. Orang tua tidak usah mengikuti pelajaran anak-anak," kata anaknya yang ditirukan Jumilah dengan tersenyum geli mengingatnya.
Hingga anak sulungnya kelas V SD. Jumilah sudah lancar membaca dan menulis. Bahkan berhitung pun sudah bisa. Walaupun hitungan sederhana. Lalu timbullah niatnya untuk berbagi rasa dengan ibu-ibu dan anak-anak yang tidak sekolah di lingkungan Dusun Duduk Bawah itu. Dusun yang berpenduduk 120 KK (sekitar 335 jiwa) itu, 90 persen lebih tidak tersentuh pendidikan. Sementara orang tuanya total buta huruf. Kecuali Kepala Kampung, itu pun tidak tamat SD, katanya..
Dusun Duduk Bawah adalah kampung yang diapit Gunung Duduk dan Gunung Batu Bolong. sekitar 1 kilometer dari desa adalah areal kawasan wisata dunia, pantai Senggigi. Maka, orang tak akan menyangka, ada kampung terbelakang di balik glamor kehidupan malam di kawasan tersebut. Bahkan unbtuk baca tulis pun, bagi wargha di Dusun Duduk Bawah itu, bak minyak dengan air. Kondisi itulah yang menyemangati Jumilah. Tergerak hatinya untuk membimbing anak-anak tetangga usia sekolah di kampung itu, sekadar untuk bisa membaca, menulis dan berhitung saja.
MENGAJAK ANAK-ANAK BELAJAR DI ALAM
Terdorong oleh niat luhurnya itu, Jumilah akhirnya mengajar ala kadarnya. Padahal dia sendiri hanya bisa hafal abjad, membaca serta menulis nama-nama pohon, binatang dan alam lainnya. Selain mengajarkan calistung itu, Jumilah juga mengajarkan menggambar. Dari menggambar pohon kelapa, ia uraikan kegunaannya. Misalnya, pohon kelapa bisa tumbuh jika ditanam dan dipelihara. Kemudian manfaat buah kelapa, sabutnya jadi apa. Tempurungnya jadi apa. Isinya bisa dibuat apa dan seterusnya. Dari situlah Jumnilah menanamkan kesadaran siswa yang awalnya berjumlah 40 anak untuk mau tahu dan mau bisa.
Lokasi belajarnya pun tidak seperti sekolah pada umumnya. Jumilah mengajak muridnya di kebun atau sore hari di pinggiran hutan. Mereka belajar menulis nama daun-daunan dan pohon-pohonan. Lalu mereka kelompokkan sesuai jenisnya, selanjutnya dihitung dan jumlahnya berapa.
Setiap hari sehabis memasak untuk keluarga, Jumilah mengajari murid-muridnya tanpa imbalan apa-apa. Ibu tiga anak ini, menamakan muridnya "Murid Alam." Inspirasinya dari alam. Tahunya juga dari alam. Karena itu mereka sebut, alam adalah guru kami, katanya.
"Tidak ada kata terlambat kalau untuk belajar. Anak-anak saya bimbing belajar sambil mengenal alam. Alam yang luas ini, guru kita. Di balik tumbuhnya pohon-pohon, di situ ada ilmu yang diselipkan Tuhan. Maka itu yang saya tanamkan kepada anak-anak dusun ini. Agar mereka kelak tidak saja pintar, tapi juga sadar bahwa keberadaan alam, merupakan pelengkap kehidupan kita. Tanpa alam yang subur, manusia akan gersang. Dengan begitu, kita sadar, bahwa merusak alam sama dengan membunuh anak-anak di belakang hari", papar Jumilah.
DIBANGUN SEKOLAH
Pucuk dicinta ulam tiba, kata pepatah. Pada tahun 2003 masuklah Yayasan Tunas Alam Indonesia "Santai" sebuah LSM yang bergerak di bidang peningkatan pemberdayaan masyarakat. Ketika itu, murid-murid alam ini sedang giat-giatnya belajr calistung dan menggambar. LSM Santai lalau memfasilitasinya utnuk lebih berdaya guna dan mendapat perhatian kelangan berwenang. Santai juga memberikan bantuan alat tulis, buku gambar dan lain, bahkan termasuk tenaga pengajar. Kini kelompok belajar Jumilah bernama "Kahuripan." Berasal dari kata "urip" artinya hidup. Jadi Kahuripan dimaknai sebagai kehidupan bersama.
Sejak yayasan masuk Dusun Duduk Bawah, obyek sasaran belajarnya tidak saja anak-anak usia sekolah. Tapi orang tua yang memang rata-rata buta huruf. Dari lembaga itu Jumilah belajar banyak tentang manajemen dan organisasi. Di samping untuk belajar membuat laporan dan lainnya. "Saya belajar dan belajar terus, Pak," katanya.
Sumber dari majalah Kartini
Kamis, 12 Maret 2015
NEGARA BELUM LINDUNGI PEKERJA RUMAH TANGGA
Unjuk rasa pekerja rumah tangga dalam rangka memperingati Hari Peremapuan Internasiosnal di Jakarta, Mingga (8/3). Dalam aksinya, mereka menuntut pemerintah dan DPR untuk segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
JAKARTA, KOMPAS - Negara, dalam hal ini pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, dianggap belum melindungi pekerja rumah tangga. Selain belum meratifikasi Konvensi Organisasi Buruh Internasional 189 tentang Kerja Layak, pemerintah juga tidak menjadikan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga dalam daftar prioritas Program Legislasi Nasional 2015 - 2019.
"Selama ini, nasib pekerja rumah tangga (PRT) ditentukan oleh majikan, bukan negara, "kata Lita Anggraini selaku Koordinator Jaringan Nasional Advokasi (JALA) PRT, saat jumpa pers "Peluncuran Rally 100 Perempuan Mogok Makan untuk PRT dan Peringatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret", di Jakarta, Sabtu (7/3).
Terhitung sejak Sabtu, 125 orang telah mendaftar untuk mengikuti aksi mogok makan yang dilakukan oleh sekitar 30 lembaga yang tergabung dalam JALA PRT dan Komite Aksi Perempuan.Lita sendiri mogok makan sejak 16 Februari lalu dan berat badannya turun 7 kilogram. Mereka menuntut Rancangan Undang-Undang Pelindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) dan Konvensi Organisasi Buruh Internasional (ILO) 189 diratifikasi.
"Kami akan melaporkan kepada dewan HAM PBB jika konvensi itu tidak diratifikasi," ucap Komisioner Komnas Perempuan Magdalena Sitorus.
Presiden Susilo Bambang Yudhyono pernah berjanji akan menjadikan Konvensi ILO 189 sebagai acuan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan PRT saat berpidato di konvensi ILO tahun 2011, Geneva, Swiss. Hingga kini, konvensi itu belum diratifikasi.
Profesi pekerja rumah tangga belum memperoleh pengakuan dan penghargaan seperti profesi lainnya karena wilayahg kerjanya domestik, atau di dalam rumah tangga. Akibatnya, mereka belum mendapat perlindungan hukum sehingga rentan eksploitasi.
Tidak hanya di dalam negeri, PRT migran di luar negeri juga belum mendapat jaminan kerja layak. "Jika di dalam negeri saja PRT tak dilindungi, bagaimana yang di luar negeri?" ujar Zaenab, anggota Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI).
Zaenab, misalnya, menerima lebih dari 2.200 pengaduan dari para pekerja rumah tangga di luar negeri. Selama ini, PRT mengalami kekerasan fisik, psikis, seksual, dan ekonomi. JALA mencatat, jumlah kekerasan sepanjang 2012 mencapai 327 kasus dan naik menjadi 336 kasus pada 2013. Selama 2014, terdapat 408 kasus. Sebanyak 75 persen, kasus kekerasan fisik 'macet' di kepolisian.
Menunggu 11 tahun
Sudah 11 tahun sejak RUU PPRT diusulkan oleh masyarakat sipil pada 2004. RUU tersebut berisi, antara lain tentang pengaturan upah layak, hak untuk berorganisasi, hak mendapatkan libur mingguan dan tahunan, serta mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
RUU PPRT dapat menjadi payung hukum untuk melindungi para pekerja itu. Namun, RUU itu gagal masuk prioritas Prolegnas.
Seruan serupa juga sampaikan Gerakan Perempuan Indonesia Beragam pada jumpa pers, Jumat (6/3), untuk memperingati Hari Perempuan Internasional 2015. "Masyarakat tahu sebetulnya bahwa mereka membutuhkan pekerja rumah tangga dan keberadaan pekerja rumah tangga sangat penting. Namun mereka akan terganggu jika jam kerja dan hak-hak lain pekerja diatur karena itu artinya kekuasaan majikan bisa berkurang," kata Dian Kartikasari dari Koalisi Perempuan Indonesia. (B05/LUK)
RUU PRT BELUM JADI PRIORITAS
Perlindungan bagi pekerja di sektor informal masih minim. Padahal, jumlah mereka cukup besar.
RANCANGAN Undang-Undang tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PRT) yang sudah masuk daftar Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2015 masih sulit untuk segera disahkan parlemen. Beberapa hal menjadi alasan.
Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Dian Kartikasari menilai peluang RUU itu disahkan tahun ini amat kecil, Jika berkaca dari pengalaman sebelumnya yang membolehkan setiap komisi di DPR hanya satu tahun membahas UU.
"Sepertinya kecil untuk dibahas hingga akhir tahun ini. apalagi, saya melihat kurangnya prioritas di dalam RUU ini. Maka dari itu, dalam Prolegnas nanti saya kira tidak sampai 50% RUU akan dibahas," ujar Dian saat dimintai keterangan di Jakarta, kemarin.
Lebih jauh ia juga menilai apabila RUU itu disahkan, pemerintah akan mengalami kesulitan dalam mengawasi penerapannya lantaran cakupan RUU yang terlalu spesifik hingga ke rumah-rumah.
Dian menambahkan, kunci keberhasilan pemerintah nanitnya terletak pada komunitas-komunitas masyarakat, termasuk RT hingga RW di setiap daerah. "Kalau cuma pemerintah yang bekerja sendiri berat sekali. Nggak mungkin kan pemeriksaan dari rumah ke rumah setiap hari," katanya.
Meski demikian, ia berpendapat secara keseluruhan RUU itu memiliki daya pelindungan yang kuat bagi PRT. Karena itu, Dian meminta agar diselenggarakan pendidikan dan penyuluhan bagi masyarakat untuk memahami peraturan serta mekanisme terhadap RUU tersebut.
"Yang paling penting, pemerintah harus membuat sebuah kelembagaan yang dapat menegakkan peraturan dalam RUU tersebut."
Di tempat terpisah, anggota Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh menyatakan pihaknya sedang memperjuangkan RUU itu agar dapat segera disahkan. "Saya tidak tahu persis kapan, tapi kami akan berusaha agar RUU ini bisa masuk ke short list Prolegnas 2016," ujarnya.
Perlindungan minim
Keberadaan PRT tampaknya masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah dan wakil rakyat yang duduk di parlemen. Terbukti hingga saat ini RUU PRT yang telah disusun sejak 2004 itu belum menjadi prioritas untuk disahkan.
Padahal UUD 1945 pasal 27 ayat 2 menegaskan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebaliknya, perlindungan bagi pekerja di sektor informal ini masih minim.
Data KPI menunjukkan, mayoritas perempuan berusia 15 - 35 tahun dari 917 desa di pelosok Tanah Air memilih untuk bekerja di kota-kota besar menjadi PRT. Artinya, jumlah mereka cukup banyak.
"Diakui atau tidak, PRT memberikan sumbangan besar bagi jalannya roda pembangunan baik langsung maupun tidak. Tapi ironis, hal itu tidak diimbangi dengan perlindungan dan keamanan bagi mereka," kata Dian di sela peringatan Hari Perempuan Internasional di Jakarta, pekan lalu.
KPI juga menilai PRT rentan akan kekerasan, baik secar fisik, psikis, seksual, ekonomi, maupun sosial. Bahkan, akses komunikasi kepada sanak keluarga mereka pun sangat terbatas. Sayangnya, peraturan yang dibuat pemerintah, khususnya UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, tidak mencakup perlindungan bagi PRT. (Mut/S-3)
Richaldo Y Hariandja
richaldo@mediaindonesia.com
Rabu, 25 Februari 2015
IKLAN LOWONGAN KERJA PRT IBU DEWI
Iklan lowongan PRT berikut ini
adalah iklan yang diambil dari Pos Kota, dengan teks sebagai berikut,
BUTUH SECEPATNYA 2 wanita untuk asuh anak. Gaji Rp 2,7 juta. Identitas lengkap, langsung kerja. Hub IBU DEWI di nomor sekian.
Untuk
mengetahui nomor hp Ibu DEWI dapat menanyakan melalui handphone 0819
3261 8088, dengan Pak Hans. Atau email: hanstsebastian@gmail.com.
IKLAN LOWONGAN KERJA PRT IBU AYU
Iklan lowongan 2 Wanita Untuk Jaga Anak dan Beres-beres Rumah. Gaji 1,5 juta sampai dengan 2,8 juta. Niat kerja, jujur hub Ibu Ayu di nomor telepon di nomor sekian.
Untuk
mengetahui nomor hp Ibu Ayu dapat menanyakan melalui handphone 0819
3261 8088, dengan Pak Hans. Atau email: hanstsebastian@gmail.com.
IKLAN LOWONGAN KERJA PRT BINTARO
Iklan lowongan PRT berikut ini
adalah iklan yang diambil dari Pos Kota, dengan teks sebagai berikut,
BUTUH PRT Wanita, Di Bintaro. Umur 23 - 27 tahun, rajin, Cekatan, Rapi, Bersih, Bisa motor. SMS nama, Umur, Pendidikan, Pengalaman Ke: nomor sekian.
Untuk
mengetahui nomor hp Bintaro dapat menanyakan melalui handphone 0819
3261 8088, dengan Pak Hans. Atau email: hanstsebastian@gmail.com.
IKLAN LOWONGAN PRT IBU BELLA
Iklan lowongan PRT berikut ini adalah iklan yang diambil dari Pos Kota, dengan teks sebagai berikut, BUTUH CEPAT 2 PRT. Langsung KERJA. Gaji 1,3 juta sampai dengan 2,2 juta. Hub. Ibu BELLA di nomor sekian.
Untuk mengetahui nomor hp Ibu BELLA dapat menanyakan melalui handphone 0819 3261 8088, dengan Pak Hans. Atau email: hanstsebastian@gmail.com.
Minggu, 08 Februari 2015
BANYAK PRT MENCURI, SELEKSILAH BAIK-BAIK !
Para majkan yang baik hendaknya cermat dan teliti dalam menyeleksi atau mencari pembantu rumah tangga (PRT). Sebelum mempekerjakan PRT di rumah, alangkah bagusnya Anda mencermati betul identitas diri dan perilaku para PRT yang akan dipekerjakan. Sebab, banyak PRT nakal yang mencuri harta dan uang majikan. Padahal, mereka baru bekerja beberapa bulan.
HAL ini seperti yang dilakukan kedua PRT jahat: Josh Lim (32) dan Sri Sumiyati (30). Kedua PRT yang merupakan pasangan suami istri dan bekerja di rumah majikannya tersebut mencuri uang majikan ratusan juta rupiah.
Kini, keduanya pun harus rela mendekam di balik jeruji besi. Keduanya ditangkap petugas Polsek Metro Duren Sawit beberapa waktu lalu karena nekat merampok harta majikannya yang berada di Jalan Rawa Jaya 3, RT 01/04, Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Tidak tanggung-tanggung, mereka menggasak harta senilai Rp 300 juta. Ucap Kanit Reskrim Polsek Metro Duren Sawit, AKP Chalid Thayib, keduanya ditangkap setelah satu bulan dalam pengejaran petugas. "Kedua tersangka kita tangkap di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, " tegas Chalid.
Ungkapnya, barang-barang yang dicuri kedua pasutri asal Banjarnegara, Jawa Tengah ini di antaranya berupa perhiasan emas, berlian, 2 jam tangan, uang tunai Rp 15 juta, uang dolar Amerika senilai US$ 2.000, 2 BPKB mobil, 4 BPKB motor. Mereka mencuri harta sang majikan, Darwin Situmorang (48).
"Para pelaku ini baru lima bulan bekerja di rumah korban. Mereka beraksi saat rumah majikan dalam keadaan sepi," tandasnya sambil menambahkan, atas perbuatannya, kedua pasutri tersebut diancam dengan Pasal 363 KUHP tentang Pencurian dengan hukuman penjara paling lama di atas tujuh tahun. (AGS)
PEMBUNUH NENEK SOPHIA TERTANGKAP
Kepolisian Sekor Tambora, Jakarta Barat, menangkap empat tersangka pembunuhan dan pencurian terhadap Sophia Raharja (84), Kamis (22/1). Sophia tewas akibat disumpal mulutnya dengan handuk di rumahnya di Jalan Gedong Panjang I Gang Liberia III, Tambora, Jakarta Barat, Rabu (21/1). Otak pencurian itu adalah pembantu, Nurjannah (34), yang sehari-hari merawat nenek lumpuh itu. Ia merencanakan kejahatan itu dengan kekasihnya, Alvis (42). Agus dan Amin, rekan Alvis, menjadi eksekutor.
Kepala Polsek Tambora Komisaris Dedi Tabrani mengatakan, Nurjannah mengaku dendam karena diperlakukan tidak baik di rumah majikannya. Dia sering dimarahi, gaji kecil, dan susah makan. Setelah bekerja selama 3,5 bulan, ia bersekongkol untuk menguras harta sang nenek. Mereka kemudian mengambil barang berupa emas, jam tangan, telepon seluler, dan uang sekitar Rp 5 juta. Pelaku dijerat Pasal 365 KUHP tentang Pencurian dengan Kekerasan dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun kurungan. (DEA)
TKI ERWIANA UNGKAP KEKEJAMAN MAJIKAN DI HONG KONG. TAK DIGAJI, DISIKSA, DAN DITELANJANGI
TENAGA Kerja Indonesia (TKI) Erwiana Sulistyaningsih (23), kembali menjadi berita dunia. Namun kali ini lewat pengakuannya di Pengadilan Hong Kong, Senin (8/12).
TKI yang pernah masuk 100 tokoh dunia paling berpengaruh versi majalah Time itu menjelaskan secara gamplang bagaimana ia disiksa majikan wanitanya, bernama Law Wan-tung (44).
"Ya. Saya disiksa oleh mjaikan saya, " kata wanita kelahiran 7 Januari 1991 itu. "Dia sering memukul saya, kadang-kadang dia memukul saya dari belakang, dan kadang dari depan. Saya sering dipukul hingga saya mengalami sakit kepala, dia memukul mulut saya (jadi) saya sulit bernapas."
Dalam persidangan tersebut, Jaksa Louisa Lai Ngan-man juga menyebutkan sejumlah 'dosa' majikan Erwiana. Yakin memukul pekerja rumah tangga tersebut dengan benda keras, dan memasukkan selang vacuum cleaner atau pembersih ke mulut wanita malang tersebut.
"Terdakwa juga memasang kipas angin di hadapan korban yang sudah ia lucuti pakaiannya. Selama 2 jam, korban yang tak berbusana harus menahan dingin karena kipas angin,," urai Louisa.
Erwiana berangkat ke Hongkong didampingi kuasa hukumnya dari LBH Yogyakarta, yakni Sarli Zulhendra dan pendamping dari Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia, Iweng. Dia sebelumnya masuk daftar 100 orang paling berpengaruh dunia versi majalah TIME, karena keberaniannya buka suara di depan pulblik atas penyiksaan yang dialaminya.
Kontributor BBC Indonesia di Hongkong Veby Mega melaporkan kesaksian yang disampaikan oleh Erwiana mendukung hasil visum yang dilakukan oleh dokter di RS Sragen Jawa Tengah tempat dia dirawat setelah kembali dari Hong Kong.
"Dalam hasil visum ditemukan penyumbatan darah di bagian kepala, Erwiana menyebutkan kepalanya pernah dipukul dari belakang, dan mengalami retak pada tulang hidung."
Law menghadapi 21 dakwaan, termasuk dua kasus penyiksaan terhadap dua mantan PRTnya dan juga tidak membayar gaji mereka. Law yang hadir dalam persidangan terus menundukkan kepala ketika mantan PRT nya menggambarkan tuduhan penyiksaan yang dilakukan oleh dirinya. (wit)
KELUARGA MAJIKAN BANTAH ANIAYA PRT ROHAETI
Bekasi,Warta Kota
Kelurga majikan Rohaeti (189) membantah telah melakukan penganiayaan dan penyekapan. Septian Dwijayanto (27), anak bungsu Tanti (53) membantah ibu atau kakak yang bernama Indah Saraswati telah menganiaya Rohaeti yang sudah sekitar dua tahun bekerja di rumah keluarga tersebut di Perumahan Bumi Alam Indah Blok B/24, Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi.
"Saya tidak tahu apakah Eti (panggilan Rohaeti) yang berbohong atau orang lain yang ada di balik ini. Bahwa kakak saya mencubit, itu iya kami akui, tapi tidak sampai menganiaya," tuturnya kepada wartawan di Bekasi, Selasa (9/12).
Menurut Septian, kakaknya mencubit Rohaeti karena menaruh termos berisi air panas di depan anak Indah yang masih berusia sekitar dua tahun. "Kakak saya mencubit di perutnya. Saya rasa itu hal yang manusiawilah, kakak saya kan khawatir anaknya," kata Septian.
Septian juga menyangkal keluarganya telah menyekap dan menahan ponsel Rohaeti. Untuk menguatkan sanggahannya, Septian menunjukkan foto Rohaeti bersama dua orang rekannya (sesama pembantu) yang tengah kondangan ke salah satu rekannya pada 11 November 21014.
"Bila disekap, mana mungkin dia keluar kondangan. Ibu saya juga tidak pernah menahan ponsel Eti," ucap Septian.
Septian justru balik mengancam, akan mengadukan Rohaeti ke Polresta Bekasi Kota dengan pasal fitnah dan pencemaran nama baik. "Lihat saja nanti. Biar nanti hukum yang bicara," ujarnya.
Septian menyatakan bahwa ibunya tidak kabur, tapi masih shock. Soal kapan ibunya akan datang ke polisi. Septian menjawab akan berdiskusi dengan pengacara.
Sementara itu, Rohaeti (18) menjalani pemeriksaan di Unit PPA Polresta Bekasi Kota sejak pukul 13.00 hingga sekitar pukul 18.00.
Rohaeti mengaku masih merasakan sakit karena masih ada beberapa luka di tubuhnya. "Ya terserah saja bagaimana nanti," ujarnya saat ditanya soal rencana tuntutan balik. (chi)
PRT AKHIRNYA PEROLEH PERLINDUNGAN PEMERINTAH
KEMENTERIAN Ketenagakerjaan (Kemenaker) mengeluarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) No. 2 tahun 2015 tentang Perlindungan Pekerja rumah Tangga (PRT). Aturan itu antara lain melarang perusahaan penyalur memungut dana dari PRT, apa pun bentuknya.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menegaskan Permenaker 2/2015 berlaku sejak ditandatangani, yakni Jumat (15/1).
"Saya ingin menyampaikan pada publik mulai bulan ini Kemenaker mengeluarkan Permen 02/2015 mengenai perlindungan PRT. Ini merupakan bentuk konkret kehadiran negara untuk melindungi sektor rumah tangga di dalam negeri," ungkap Hanif saat sidak di lembaga penyalur PRT Bu Gito, di kawasan Cilandak, Jakarta, kemarin.
Hanif menyampaikan terdapat beberapa prinsip pokok Permenaker 02/2015. Pertama, negara hadir melindungi pekerja di seluruh Indonesia sampai yang ada di rumah tangga.
Kedua, permenaker tersebut tetap menghormati tradisi, konvensi, dan adat istiadat yang berlaku terkait dengan PRT. Ketiga, peran gubernur dan pemerintah daerah sebagai pengawas dan pemberi izin serta sanksi bagi lembaga yang melakukan pelanggaran.
Keempat, penegasan kepada lembaga penyalur bahwa tidak boleh memungut dana apa pun dari calon PRT. Kelima, PRT berhak atas upah, cuti, waktu ibadah, jaminan sosial, dan perlakuan manusiawi.
Keenam, rukun tetangga (RT) atau lingkungan berperan turut mengawasi. Untuk itu, perjanjian antara PRT dan pengguna jasa harus diketahui ketua RT atau kepala lingkungan.
Ketua Asosiasi Pelatihan dan Penempatan Pekerja Rumah Tangga Seluruh Indonesia (APPSI) Mashudi optimistis nasib PRT ke depan akan lebih baik lagi dengan keluarnya permenaker itu. APPSI pun memberitahukan ke penyalur dn PRT tentang standar upah terkini. "Di Jabodetabek gaji PRT berkisar Rp 1,2 juta hingga Rp 2 juta, sesuai kesepakatan." (Ids/E-1)
TAK TAHAN, KABUR DARI TEMPAT KERJA. PRT DIPUKULI MAJIKAN
BEKASI, (-0s Kota) - Tidak tahan dipukuli majikan, wanita PRT kabur dari tempat kerja di Perumahan Bumi Alam Indah, Blok B, Jatirahayu, Pondokgede, Bekasi. Korban mengalami luka di sekujur tubuh akibat dipukul ipakai talenan.
Rohayati, 18, asal Kampung Kelapa Dua, Desa Godabaya, Malawisma, Majalengka, Jawa Barat, akibat disiksa Ta kini harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Kakak ipar korban, Eva, 29, menjelaskan, penderitaan Rohayati dialami sejak empat bulan lalu. Terakhir terjadi pada Sabtu pekan lalu. "Lantaran sudah tak kuat lagi, Sabtu malam saya bawa kabur dia," kata Eva, Senin (8/12).
Hati Eva seperti teriris-iris saat melihat kondisi fisik korban yang mengalami luka memar. Eva kemudian membawa adik iparnya itu ke Rumah Sakit Mas Mitra, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi.
Menurut dia, korban bekerja pada majikannya di perumahan elit itu dengan penuh tanggung jawab sebagai pembantu rumah tangga (PRT) selama 2 tahun. "Namun kenyataannya ia dipukuli pakai penggaris besi, talenan, dan gayung," kata Eva.
GAJI DIPOTONG
Ditambahkan Eva, penyebab penyiksaan kadang hanya masalah sepele. Misalnya, kesalahan dalam mengambilkan tisu anaknya. "Sering mendapatkan ancaman juga," kata dia.
TAK DIIZINKAN PULANG KAMPUNG, PEMBANTU LONCAT DARI RUKO
MEDAN (Pos Kota)- Diduga tak diizinkan pulang kampung, seorang pembantu rumah tangga (PRT) nekat loncat dari lantai dua ruko majikannya Sharmila, 40, di Jalan Denai, Lingkungan I, Medan, Jumat (5/12).
Korban Sri Dewi, 15, penduduk Tanjung Tiram, Gang Singas, Kabupaten Batubara, Sumut, saat ini mendapat perawatan di RS Muhammadiyah.
Aksi nekat korban pertama kali diketahui Raihan, 10, saat sedang bermain di depan rumahnya. Kemudian Raihan melaporkan kepada ibunya dan selanjutnya diteruskan ke Kepala Lingkungan.
Aparat Polsek Medan Area yang menangani kasus itu membawa korban ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Pengakuan korban, perbuatan itu dilakukannya karena sang majikan keturunan Pakistan ini mengunci seluruh pintu ruko agar korban tidak bisa keluar rumah untuk pulang kampung halamannya.
KUNCI PINTU
"Karena aku tak dibolehkan pulang, majikanku mengunci seluruh pintu dan pergi ke pasar. Saat majikan aku pergi, aku buka jendela dan locat dari lantai dua ruko itu," ujarnya.
Dikatakannya, dia juga sempat dianiaya majikannya saat meminta pulang ke kampung halamannya. Kapolsek Medan Area, AKP Yudi Frianto mengaku pihaknya telah mengamankan sang majikan.
"Majikannya sudah diamankan dan masih kita interograsi. Dari keterangan sementara, korban nekat lompat karena ingin pulang ke kampung halamannya karena tidak betah dengan pekerjaan yang diberikan majikannya," ungkapnya. (samosir/ds)
Jumat, 30 Januari 2015
Tata Cara Pengambilan Pembantu dari Yayasan Pembantu Rumah Tangga Indonesia (Yapindo)
1. Menghubungi Yayasan Pembantu Rumah Tangga
Indonesia (Yapindo) dengan Pak Hans di
telepon (021) 0819 3261 8088 atau
email: hanstsebastian@gmail.com.
2. Saat tersambung di telepon, calon pengguna jasa pembantu, memberitahukan secara lengkap keadaan pekerjaan yang bersangkutan. Dan pihak Yayasan Pembantu Rumah Tangga Indonesia (Yapindo), akan memberikan saran pembantu yang seperti apa yang sesuai. Selain itu, juga, akan diberitahukan gaji, sistem cuti dan uang administrasi pengadaan pembantu yang bersangkutan.
3. Membayar uang administrasi Rp 1.500.000,- dan menandatangani kontrak kerja berlaku selama 3 (tiga) bulan. Bilamana pembantu yang diinginkan, minta diantar ke alamat pemesan, maka pemesan akan dikenakan biaya transport mengantar pembantu ke alamat, sebesar Rp 200.000,-
4. Kontrak 3 (tiga) bulan, berjalan sesuai waktu atau terjadi penggantian pembantu 3 (tiga) kali. Dengan perhitungan dimulai sejak pembantu bekerja sebagai yang pertama. Mana yang lebih dahulu terjadi (apakah berakhir waktunya atau gonta ganti pembantu).
Catatan:
Bilamana pembantu tidak pernah gonta ganti, artinya, pembantu yang pertama betah dan kerasan dan bekerja melebihi waktu 3 (tiga) bulan, maka, perpanjangan waktu lebih dari 3 (tiga) bulan tidak dikenakan biaya administrasi pengambilan pembantu lagi.
Agar pembantu betah bekerja, dihimbau, menjalin hubungan kerja yang baik. Diperhatikan kualitas komunikasi, makan cukup dan istirahat yang memadai. (Hindari komentar negatif, seperti: pembantu kerjanya tidur terus, padahal, semalam, pembantu yang bersangkutan begadang (tidak tidur), dan lain sebagainya.
4. Kontrak 3 (tiga) bulan, berjalan sesuai waktu atau terjadi penggantian pembantu 3 (tiga) kali. Dengan perhitungan dimulai sejak pembantu bekerja sebagai yang pertama. Mana yang lebih dahulu terjadi (apakah berakhir waktunya atau gonta ganti pembantu).
Catatan:
Bilamana pembantu tidak pernah gonta ganti, artinya, pembantu yang pertama betah dan kerasan dan bekerja melebihi waktu 3 (tiga) bulan, maka, perpanjangan waktu lebih dari 3 (tiga) bulan tidak dikenakan biaya administrasi pengambilan pembantu lagi.
Agar pembantu betah bekerja, dihimbau, menjalin hubungan kerja yang baik. Diperhatikan kualitas komunikasi, makan cukup dan istirahat yang memadai. (Hindari komentar negatif, seperti: pembantu kerjanya tidur terus, padahal, semalam, pembantu yang bersangkutan begadang (tidak tidur), dan lain sebagainya.
Jumat, 23 Januari 2015
PEMBANTU RUMAH TANGGA BOGOR
Bagi Anda yang memerlukan jasa pembantu di Bogor dan sekitarnya, dimohon untuk menghubungi Yayasan Pembantu Rumah Tangga Indonesia (Yapertindo) Cabang Bogor.
Berhubung pembukaan kantor cabang Bogor belum selesai. Untuk sementara, silakan menghubungi Yayasan Pembantu Rumah Tangga Indonesia (Yapindo) Pusat di Jalan Dr Makaliwe I No. 7 Grogol Jakarta Barat, dengan Pak Hans di handphone 0812 9733 8512 dan 0819 3261 8088 atau email: hanstsebastian@gmail.com.
Pembantu yang diperlukan akan dikirim ke alamat pemesan dan akan dikenakan ongkos antar. Atau bisa juga pemesan mendatangi kantor kami dengan kebebasan memilih diantara pembantu yang belum bekerja.
JALA PRT APRESIASI MANAJER HANIF
JAKARTA (Pos Kota) - Jaringan Advokasi Pekerja rumah Tangga (JALA PRT) memberikan apresiasi kepad Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri yang telah berani menerbitkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Permenaker 02 tahun 2015 tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Koordinator JALA PRT Lita Anggraini saat melakukan audiensi dengan Menaker M Hanif Dhakiri di kantor Kemnaker pada Selasa petang (20/1).
Hadir juga perwakilan Serikat PRT Sapulidi, LBH Jakarta, Insitute Ecosoc Right, Jaringan Buruh Migran, Kohati PBHMI, FSPSI Reformasi, KSPI, KSPSI, Institut KAPAL, dll.
"Kami mengapresiasi Menaker yang pada hari minggu (18/1) lalu telah melakukan launching peraturan Menteri Ketenagakerjaan soal Perlindungan Pekerja Rumah Tangga," kata Lita.
Lita mengatakan dengan diterbitkannya Permenaker PRT ini bisa menjadi prakondisi atau persiapan menuju pengesahan rancangan Undang-Undang (RUU) PRT yang masih tertahan dalam pembahasan di DPR RI.
PRA KONDISI
"Harapan kami Permen ini bisa menjadi pra kondisi untuk mengadvokasi Undang-Undang PRT. Sekarang prosesnya berada di Baleg DPR. Minggu lalu kami bertemu komisi IX dan Baleg, dan mereka menyampaikan akan segera menuntaskan pembahasan Undang-Undang PRT tahun ini," kata Lita. "Kami nanti juga akan menyampaikan pokok-pokok pikiran terkait dengan RUU PRT yang telah kami diskusikan bersama dengan rekan rekan serikat pekerja rumah tangga,".
Menanggapi hal tersebut, Menaker Hanif mengatakan tujuan penerbitan permenaker ini merupakan upaya bersama untuk memajukan perlindungan terhadap PRT di Indonesia. (tri/bu)
NENEK DIBUNUH PACAR PEMBANTU, LEHER DIJERAT RP 7 JUTA DISIKAT, PRT PURA-PURA DIIKAT
TAMBORA (Pos Kota) - Ingin menguasai harta korban, pria tega membunuh nenek usia 83 tahun yang tengah sakit di tempat tidur rumahnya di Jl. Liberia Dalam, Pekojan, Jakbar, Rabu (21/1) subuh.
Pelaku yang ternyata pacar pembantu korban berhasil dibekuk polisi di kawasan Tangerang, tadi malam. Tertangkapnya Elvis, berkat kejelian anggota Reskrim Polsek Tambora bekerja sama dengan Unit Jatanras Polres Jakarta Barat, yang melihat banyak kejanggalan dalam kasus ini.
Pembunuhan ini diketahui pertama kali oleh cucu korban, Audrey Claudia, 18, mahasiswi Universitas Bunda Mulia, Jakarta Utara.
Rabu pagi sekitar pukul 18:30, gadis tersebut yang tidur bersama ibunya di loteng turun bermaksud buang air kecil ke kamar mandi.
"Saya terkejut waktu buka pintu kamar mandi mendapatkan bibi Nurjanah, 34, tangannya diikat dan mulutnya dibekap handuk, " cerita cucu korban di Polsek Tambora.
BARU 3 BULAN KERJA
Nurjanah, janda yang baru 3 bulan kerja, kemudian meminta Claudia untuk melongok neneknya sambil menunjuk-nunjuk ke arah kamar korban. Putri dari Eri Raharja, 43, anak ketiga korban kontan menjerit saat menyaksikan neneknya, Sofia Raharja, telah terbujur kaku dengan leher terjerat tali. Uang Rp 7 juta raib dibawa pelaku.
Sang cucu menangis histeris lalu naik ke loteng memberitahu ibunya. Polisi yang datang ke lokasi setelah mendapat laporan dari warga menemukan kejanggalan saat melakukan olah TKP. Sebab pintu tidak ada yang rusak atau ada tanda-tanda dibuka paksa pelaku.
Polisi saat itu menduga nenek Sofia dihabisi oleh penjahat yang berkomplot dengan Nurjanah. Sang pembantu rumah tangga (PRT) dicurigai punya peran dalam perampokan ini karena terkesan hanya pura-pura jadi korban. Ikatan di tangan dan bekapan handuk di mulutnya juga terlihat janggal.
Untuk mengungkap kasus tersebut, Nurjanah langsung dibawa anggota Reskrim dipimpin AKP Egman Adnan. Dari pengakuan Nurjanah, akhirnya polisi berhasil membekuk Elvis.
"Pelaku tiga orang. Satu berhasil kami bekuk. Dua lagi masih kami buru. Kejahatan ini sudah direncanakan untuk menguasai harta korban," kata Kapolsek Tambora, Kompol Dedy Tabrani, Msi.
BARU TERIMA UANG
Menurut Eri Raharja anak korban yang berstatus janda dengan 3 anak, dua hari lalu Nenek Sofia baru saja menerima uang dari salah seorang anaknya sebesar Rp 7,3 juta. " Pembantu tahu kalau mama punya uang itu dan disimpan di lemari," katanya.
Ditambahkan Eri, sebenarnya Nurjanah termasuk pembantu yang rajin. Namun dalam waktu satu bulan terakhir sering terlihat menelepon seorang lelaki yang diakui sebagai pacarnya.
"Mama kasih gaji setiap bulannya Rp 1,5 juta," tambah Eri Raharja yang menjelaskan mamanya juga sudah janda sejak 10 tahun lalu. Ayah Eri bernama Lim Hian Soei sudah wafat dalam usia 73 tahun. Semasa hidupnya almarhum dikenal sebagai pengusaha bengkel mobil.
Eri mengaku sang ibu memang hanya bisa berbaring di tempat tidur karena kakinya patah akibat terjatuh di rumahnya. (yo/o)
PEMBUNUH PRT DIHUKUM 5 TAHUN PENJARA
MEDAN, SUMATRA UTARA
MHB, pelaku penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga di rumah pasangan Syamsul Anwar dan Radika, di Jalan Beo, Kota Medan, Sumatra Utara, divonis 5 tahun penjara. Sebelumnya, jaksa menuntut dia dengan hukuman 10 tahun penjara.
"MHB terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga yang menyebabkan kematian," kata hakim tunggal Nazzar Effriandi, di Pengadilan Negeri Medan, kemarin.
Syamsul Anwar dan 6 anggota keluarganya ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan terhadap dua pembantu rumah tangga dan penganiayaan tiga pembantu yang lain. Dalam sidang, para saksi mengaku MHB kerap menganiaya para pembantu.
Terdakwa menampar, memukul dengan kemoceng, centong atau penggaris, menendang, serta menghukum turun naik tangga hingga sebanyak 200 kali. Dia juga menghabisi nyawa Cici, pembantu yang mayatnya dibuang ke wilayah Kabupaten Karo dengan cara memasukkan korban ke dalam bak dan diinjak-injak.
Soal vonis 5 tahun penjara, jaksa ataupun kuasa hukum terpidana menyatakan masih pikir-pikir. (PSN/N-3)
PURA PURA JADI PEMBANTU, CURI HARTA MAJIKAN
Tahun 2013, 2 kali masuk penjara. Nggak juga kapok. Tahun 2014, curi emas majikan balik ke penjara.
Lampu Hijau, Jakarta Barat
Ernawati, pencuri berkedok pembantu harus kembali meringkuk di penjara. Cewek 25 tahun yang sudah 2 kali masuk penjara ini, mencuri emas bernilai Rp 100 juta milik majikannya, 31 Oktober 2014 lalu. Kamis (6/1) ditangkap Subnit Jatanras Polres Jakarta Barat, di kosnya di Desa Limus Nunggal, RT 7/2 Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat AKP Slamet menuturkan, dari cewek asal Purbalingga, Jawa Tengah itu disita barang bukti berupa uang tunai, perhiasan emas, KTP, ATM dan 3 buah HP.
Dari hasil pemeriksaan, tersangka ternyata adalah seorang residivis atas kasus dengan modus serupa. "Tersangka sudah 2 kali ditahan pada tahun 2013, ia melamar jadi pembantu hanyalah modus. Memang dia menjadi pembantu tujuannya untuk mencuri," kata Slamet yang menerangkan masih melakukan pengembangan terhadap para pelaku penadah hasil curian tersangka.
Sementara itu, Kanit Krimum Polres Metro Jakarta Barat Inspektur Satu Eko Barmula menduga ada keterlibatan orang dekat korban dalam kasus ini, " Diduga suami korban yang berada di Lampung ikut andil. Namun semua itu kami masih dalami lagi," katanya. Menurut Eko yang memimpin langsung penangkapan mengatakan, tersangka saat ditangkap sedang tidur pulas.
Sebelumnya, Ernawati, pembantu yang baru dua hari bekerja di rumah majikannya di Perumahan Citra 2 Blok 01 Pegadungan, Kalideres, Jakbar, dilaporkan membawa kabur perhiasan emas Rp 100 juta. (WAH)
Jumat, 09 Januari 2015
SUAMI ISTRI PEMBANTU RUMAH TANGGA BOBOL HARTA MAJIKAN
JAKARTA,KOMPAS - Pembantu rumah tangga, yang merupakan pasangan suami istri, menguras harta majikan senilai lebih dari 300 juta di Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur. Pelaku, Josh Lim dan istrinya, membobol pintu kamar sang majikan, Darwin Situmorang (48).
Pelaku buron hampir tiga minggu dengan melarikan diri ke kampung mereka di Banjarnegara, Jawa Tengah. Mengetaui keberadaannya diendus polisi Josh Lim (32) dari Banjarnegara melarikan diri lagi ke Jakarta, sedangkan Sri Sumiati (30), istrinya tetap di Banjarnegara. Pengintai Kepolisian Sektor Duren Sawit, Josh ditangkap di kamar kosnya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kepala Polsek Duren Sawit Komisaris Johannes, melalui Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Duren Sawit Ajun Komisaris Chalid Thayib, Rabu (17/12), mengunkapkan, Sri telah ditangkap di Banjarnegara dan akan dibawa ke Polsek Duren Sawit.
Menurut Chalid, pasangan suami-istri pembantu rumah tangga, itu beraksi pada 27 November lalu. Peristiwa itu terjadi saat Darwin berangkat kerja. Adapun istri Darwin dan ketiga anaknya pulang kampung ke Medan, Sumatera Utara.
Kedua pelaku mejebol kamar majikan dengan obeng, Kemudian menjebol lemari di kamar itu untuk menguras harta majikannya.
Dari dalam lemari itu pelaku mencuri uang Rp 15 juta, 2.000 dollar AS, 5 cincin gemas, 2 gelang emas, 1 kalung emas, 1 cincin berlian, 2 jam tangan, 2 buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) mobil, 4 BPKB sepeda motor, dan sepeda motor Yamaha Mio B 3381 TSU. Nilainya lebih dari Rp 300 juta.
Josh mengakui telah menguras harta majikannya. Dia menyewa mobil untuk mengangkut barang curian beserta istri dan anaknya, lalu kabur. Selama bekerja sebagai PRT itu, Josh dan istrinya membawa anak mereka yang bungsu berusia satu tahun. "Anak saya satu lagi, usia tiga tahun, diasuh neneknya di Banjarnegara" katanya.
Josh bekerja di rumah Darwin sejak Agustus yang diperoleh lewat iklan di koran. Bersama istrinya Josh memperoleh upah Rp 1,4 juta per bulan. Namun, Josh merasa upah itu belum cukup sehingga terdorong menggasak harta benda majikannya.
Kamis, 01 Januari 2015
IBUNDA JASON TERUS MENANGIS
Bekasi, Warta Kota
Suasana duka masih menyelimuti rumah Linda Hutagaol (55) di Perumahan Pondok Tanah Mas, Jalan Teratai IIIB Blok D20/27, Cibitung, Kabupaten Bekasi, Selasa (21/10) dini hari pukul 00.30.
Linda adalah nenek Jason Mathew (3,5) balita yang tewas akibat dianiaya pengasuhnya di Jalan Bintara VI, Gang Sawo RT 003/006, Kelurhan Bintara, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Selasa (21/10) dini hari pukul 03.00.
Puluhan kerabat dan tetangga masih berdatangan ke rumah berdinding keramik warna hijau itu. Jasad Jason Mathew sendiri sudah dimakamkan, lama TPU Wanajaya, Cibitung, Kabupaten Bekasi, sekitar 4 kilometer dari rumah nenek korban kemarin pagi.
Janter Pieter Simanjuntak (32), ayah korban penganiayaan, enggan memberikan keterangan kepada wartawan. Sementara Evelin Sianipar (28), Ibunda korban, tampak tak kuasa menahan tangis setiap ada rekan majikan kerabatnya yang datang menyampaikan belasungkawa.
Wajah Jason membiru dan tangan kanannya mengalami luka akibat sayatan benda tajam. Jasad anak tunggal pasangan Janter-Evelin ini langsung dibawa ke ruang jenazah Rumah Sakit Islam (RSI) Pondok Kopi, Jakarta Timur. Orangtua koban sangat terpukul dengan kepergian tragis anaknya.
Evelin tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia mengaku, awalnya melihat anaknya tidur sambil mukanya ditutup bantal. Saat dilihat, ternyata anak semata wayangnya sudah meninggal."Dia awalnya saya kira tidur. Tapi ketika saya lihat, kok mukanya ditutup bantal. Gimana sih mbaknya? Bodoh sekali, mati dong ini. Pas saya buka dia sudah nggal bergerak, anak saya sudah membiru, "ujar Evelin.
Dia menjelaskan, dirinya sempat memanggil pekerja rumah tangganya, namun tak ada jawaban. "Saya sempat memanggil pembantu, namun tak ada jawaban.Setelah itu, ia mengecek ke kamar pembantunya dan dia sudah pergi, "ujarnya.
Adik kandung Evelin, Matilda, mengaku terakhir bertemu Jason dan Evlein, Minggu (19/10) lalu. Saat itu, keduanya menyambangi rumah Matilda di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Saat pertemuan terakhir itu, Matilda mengaku tak memiliki firasat apa pun. Namun pada Senin (20/10) malam sekitar pukul 20.00, anak perempuan Matilda berulangkali menelepon Jason.
"Anak saya, sekitar pukul 20.00 minta menelpon Jason, ngajakin ke Monas jalan-jalan.Saya nggak sempat telepon,." tuturnya sembari menenteng foto keponakannya itu.
Minta kerjaan
Indra Pratama Simanjuntak salah satu pekerja rumah tangga bernama Sutina itu yang diduga menghabisi nyawa Jason itu baru bekerja di keluarga Janter-Evelin sekitar 10 hari.
Awalnya Sutinah minta dicarikan pekerjaan kepada Yadi, pacarnya yang merupakan anak seorang penjaga SDN 07 Wanasari. "Tapi sebelum kerja, dia ngakunya sudah jadi istri dari anak penjaga sekolah itu, bukan pacarnya," tutur Indra.
Keluarga korban mengaku tidak mengetahui pasti alamat perempuan yang berusia 20-an tahun itu. Hingga kini belum diketahui motif pembunuhan itu. Aparat polresta Bekasi masih memburu Sutinah.
Kasubag Humas Polresta Bekasi AKP Siswo Selasa (21/10) mengaku jajarannya telah mengantongi identitas pengasuh bayi yang tega menganiaya balita hingga tewas di rumah majikannya di jalan Bintara VI, Kota Bekasi. "Identitas pelaku sudah diketahui. Saat ini yang bersangkutan sedang dalam pengejaran," ungkap Siswo.
Menurut siswo, pengasuh bayi tersebut didapat dari orangtua Janter-Evelin yang tinggal di Perumahan Pondok Tanah Mas, Cibitung, Kabupaten Bekasi."Usianya masih muda, masih di bawah 20 tahun, tapi identitasnya sudah diketahui," kata Siswo.
Sementara itu, Erik (30) salah satu warga sekitar mengatakan, "Selasa dini hari ia bersama teman-temannya sedang duduk-duduk di teras dekat rumah korban. Tiba-tiba ia mendengar teriakan minta tolong dari rumah Evelin dan setelah didatangi ternyata putranya sudah terbujur kaku dengan tangan berdarah, "ujar Erik.
Warga sekitar langsung membawanya ke rumah sakit serta melaporkan ke Polresta Bekasi Kota. Janter-Evelin belum lama tinggal di rumah tersebut. Menurut Erik, selama ini keduanya sangat baik dengan warga sekitar.
Kemarin kekasih Sutinah, Yadi, sudah dimintai keterangan oleh polisi. "Yadi, pacar pekerja rumah tangga yang diduga pelaku penganiayaan Jason sudah dimintai keterangan di Polres Kota Bekasi, hanya saja ia tidak tahu banyak," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, kemarin.
Menurut Rikwanto, Yadi dan Sutinah baru sebulan ini menjalin asmara. Sutinah awalnya meminta dicarikan pekejaan kepada Yadi. "Kemudian ada tawaran dari tetangganya, bahwa nenek korban membutuhkan pembantu," kata Rikwanto.
Polisi juga tidak bisa menggali lebih banyak keterangan dari Yadi. Yadi juga tidak memiliki nomor telepon Sutinah. "Foto Sutinah juga masih dicari," ungkapnya. (chi)
Langganan:
Komentar (Atom)
Jadi Saksi Kunci, Pembantu Jessica Masuk Perlindungan Saksi Polisi
PENYIDIK Polda Metro Jaya hingga kini masih mencari penyebab pasti mengapa Jessica Kemala Wongso membuang celana jinsnya, celana yang dip...
-
PENYIDIK Polda Metro Jaya hingga kini masih mencari penyebab pasti mengapa Jessica Kemala Wongso membuang celana jinsnya, celana yang dip...
-
DEPOK, KOMPAS - Baru bekerja selama setengah hari, seorang pembantu rumah tangga diduga mencoba meracuni majikannya melalui minuman yang d...
-
PALANGKARAYA – Kepolisian Resor Barito Utara akan mendalami kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan dua pembantu rumah tangga ( PRT ...