Kamis, 25 Desember 2014

RUMAH DIGEREBEK, PENGUSAHA DITANGKAP. 3 WANITA PRT DISIKSA MAJIKAN

TANJUNG PRIOK (Pos Kota) - Penyiksaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) kembali terjadi. Kali ini menimpa tiga wanita yang bekerja di rumah pengusaha konveksi Sunter Agung, Tanjung Priok.

Mereka mengaku kerap dipukul majikan. Polisi yang mendapat laporan, langsung menggerebek rumah mewah tersebut, Kamis (18/12) malam.

Penggrebekan yang dilakukan aparat Polsek Tanjung Priok berawal dari laporan Yani,39,satu dari tiga PRT yang menjadi korban.

Perempuan asal Cianjur itu nekat kabur dari rumah tempatnya bekerja di Perumahan Agung Indah, Blok L, Sunter Agung, Tanjung Priok lantaran tak kuasa menahan derita, disiksa sang majikan.

"Yang memukul majikan perempuan, kata Yani yang mengalami lebam di matanya. Yani yang baru 12 hari kerja itu berhasil keluar dari rumah tersebut dengan cara melompat pagar samping  rumah."Dari dalam rumah saya pecahin kaca jendela depan. karena semua pintu dikunci dari luar. Setiap hari kita memang disekap di dalam rumah, "katanya lagi.

Setelah melompat pagar, Yani kemudian mendatangi petugas keamanan perumahan yang bernama Udin. Selanjutynya oleh Udin, Yani diantar ke kantor polisi.



TAK DIGAJI
Aparat Polsek Tanjung Priok yang menerima laoran, malam itu juga langsung melakukan penggerebekan.  Dari rumah itu, petugas kembali mengamankan dua PRT lain, Asih, 20, dan Resti, 19. Keduanya ditemukan dalam kondisi mengenaskan, luka lebam dan memar menghias di sekujur tubuhnya.

Kedua PRT yang juga berasal dari Cianjur itu mengaku kerap mendapat pukulan dari majikannya. "Dipukul kalau kerjaan mencuci atau menyeterika dianggap lama, papar Asih yang mengaku diamini gaji oleh majikan sebesar Rp1 juta."Tapi kita selama ini belum pernah menerima gaji," kata Asih yang sudah 3 bulan bekerja di rumah itu.

Dari penggerebekan iut, petugas mengamankan majuikan korban, pasangan PH, 40, dan SN, 50. Dari informasi yang dihimpun, di kediaman itu pemilik rumah kerap berganti PRT, diduga para pembantu yang bekerja tak kuat lantaran sering berganti PRT, "kata Udin.  (ilham/yh/o)

PEMERINTAH DORONG BAHAS RUU PRT

PEMERINTAH menyatakan akan mendorong kembali pembahasan Rancangan Undang-Undang Pembantu rumah Tangga (RUU PRT) dengan Komisi IX DPR RI. Pembahasan diperlukan lantaran tindak penganiayaan pada PRT semakin marak belakangan ini.

"Nanti setelah bisa berkonsultasi lagi dengan DPR, saya bakal dorong agar pembahasan RUU PRT itu dilanjutkan, "ungkap Menteri Pemberdayaan Perempuan  dan Perlindungan anak Anak Yohana Yambise  di Jakarta, kemarin.

Pada kesempatan tersebut, Yohana juga mengaku prihatin dengan sejumlah peristiwa penganiayaan terhadap PRT baru-baru ini. Peristiwa amat tragis terjadi di Medan setelah petugas kepolisin menggerebek rumah penyalur tenag kerja CV Maju Jaya di Jalan Beo simpang Jalan Angsa, akhir bulan lalu.

Dari rumah milik Syamsul Awar tersebut, diselamatkan tiga PRT perempuan asal Malang, Demak, dan Madura dalam kondisi luka-luka. Pada penyidikan selanjutnya, Syamsul diketahui telah membunuh dua PRT lainnya hanya karena alasan sepele.

Kemudian, pada minggu lalu lagi-lagi terjadi penganiayaan PRT yang bernama Rohayati. Perempuan berusia 18 tahun itu dipukuli selama setahun oleh majikannya di Perumahan Bumi Alam Indah, Blok B, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi.

Komisioner Komisni Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Sri Nurherawati meyatakan PRT amat rentan mengalami tindak penganiayaan karena mereka belum terakomodasi dalam UU Ketenagakerjaan.

Ia juga menyesalkan ketidakseriusan pemerintah dalam merampungkan RUU PRT. Padahal sejak 2010, RUU itu sudah masuk program legislasi nasional.

Anggota Komisi IX DPR RI Marwan Dasodang menyampaikan kasus-kasus yang terjadi belakangan tersebut bakal menjadi masukan bagi pembahasan sejumlah regulasi yang masuk RUU PRT. Nantinya, kata dia, ada pasal-pasal yang melindungi PRT, termasuk soal jaminan penghasilan, hak cuti, dan jam kerja mereka. (Tlc/H-2)      

Bayi 9 Bulan Tewas Dianiaya, Pelaku Diduga Pembantu

DEPOK (Pos Kota)-Bayi laki-laki 9 bulan tewas diduga dianiaya wanita pembantu di Kelapa Dua, Kel. Tugu, Kec. Cimangais, Kota Depok, Kamis (25/9) pagi. Korban luka di pangkal kepala bagian belakang. 

Kematian Akhtar Muammar Natiq membuat sang ibu, Ny Lalily Arfah, 40, pingsan. dipapah keluarga karena tidak kuat menerima kematian  anak bungsunya. Suaminya, Royan Anwar, 43, juga tampak sangat terpukul namun masih berusaha tegar. 

Korban diketahui meninggal secara tak wajar setelah petugas rumah sakit memeriksa jenazah. dijumpai luka lebam di bagian pangkal kepala belakang. Penemuan ini langsung dilaporkan ke orang tua Akhtar, diteruskan ke polisi.

"Hasil rontgen dari rumah sakit menyebut korban mengalami luka lebam di bagian belakang kepala dan tempurung kepala juga pecah. Diduga korban meninggal akibat dianiaya," ujar Paur Humas Polresta Depok, Ipda Bagus Suwardi.

ALAMI KEJANG-KEJANG
Bayi malang itu sehari-hari dijaga oleh pembantu di rumah bernama Dit, 33. Ketika ibu korban pergi menjemput anaknya yang lain ke sekolah, korban selalu berdua dengan pembantu.

Rabu (24/9) Akhtar mengalami kejang-kejang saat berada di rumah. Keluarga kemudian membawanya ke rumah sakit (RS). Setelah mendatangi 4 RS, korban dirujuk ke RS Harapan Kita, Jakarta, namun nyawanya tak tertolong lagi.

"Korban melaoporkan kasus penganiayaan anak di bawah umur Pasal 80 UU RI No. 23 Tahun 2002. Pelapor melaporkan pembantu tersebut ke Polres Depok, "ungkap Ipda Bagus Suwardi. 

EMPAT RUMAH SAKIT
Kakek korban Asmat, 70, mengatakan setelah peristiwa itu Ny. Lalily mengalami shok berat dan belum dapat diajak bicara. "Sehari-hari dia mengajar di salah satu STM di Jakarta,"ujarnya saat ditemui di Jalan Akses UI Gg. H. Djamin RT 05/09, Kel Tugu, Kec.Cimanggis, Kota Depok.  

Asmat menduga pembantu yang membuat cucunya sampai meninggal. "Selama ini cucu saya selalu dijaga sama pembantu saat ibunya mengajar ke sekolah. Ada kecurigaan korban terjatuh," katanya.  

Namun pada saat ditanya ke pembantu, dia menyangkal dan tak pernah menyiksa atau membuatnya terjatuh dalam rumah. "Pembantu yang dipekerjakan di rumah anak saya diambil dari warga sekitar. Kami berharap polisi bisa mengusut tuntas kasus ini, " ujarnya. (angga/yo/o)

LANTAI RUMAH SYAMSUL DIBOINGKAR, JASAD PRT TAK DITEMUKAN

MEDAN (PosKota) - Meski tiga hari dilakukan pembongkaran lantai rumah Syamsul Anwar, tersangka penganiaya pembantu, namun tim gabungan Dinas Bina Marga dan polisi tidak menemukan jasad korban PRT yang diduga dikuburkan tersangka. 

Petugas sudah menggali lubang di 5 titik di lantai rumah di Jalan Beo, Medan. Padahal petugas sudah mendatangkan mesin pemecah batu dan penyedot lumpur. 

Sejauh ini petugas hanya menemukan celana dalam, selendang, dan benda kecil yang disebut mirip tulang. "Benda putih itu sudah dikirimkan ke tim DVI Biddokkes Polda Sumut, "kata Kapolresta Medan, Kombes Nico Afinta, kemarin. Namun penggalian belum dihentikan meski polisi fokus melakukan penyidikan terhadap ketujuh tersangka. (samosir/ds)

POLISI TEMUKAN TULANG DI RUMAH PENYIKSA PRT

Aksi bengis Syamsul Anwar dan enam anggota keluarganya yang mengubur pembantu rumah tangga di rumah  mulai terungkap. Kemarin, polisi menemukan 23 tulang dan gigi, serta sejumlah pakaian dalam wanita, yang dikubur di salah satu sudut rumah di Jalan Beo  Kota Medan, Sumatra Utara itu.

Sebelumnya, selama dua hari menggali, tim gabungan Polresta Medan tidak menemukan benda yang mengarah kepada adanya korban yang dikubur. "Hari ini, tulang belulang ditemukan di lokasi  ketiga, "ujar Kapolda Sumatra Utara Irjen Eko Hadi Sutedjo, kemarin.  

Untuk memastikan potongan tulang itu ialah korban, pihaknya akan melakukan pemeriksaan DNA. "Kami akan memeriksa keluarga korban dan mengonfirmasi saksi-saksi."

Pemanggilan akan dilakukan terhadap keluarga berdasarkan KTP yang banyak ditemukan di rumah Syamsul. "Semua kemungkinan akan diselidiki, termasuk adakah tindakan mutilasi, atau kemungkinan Syamsul dan keluarganya adalah psikopat, "tandas Kapolda.

Rumah Syamsul Anwar diketahui sebagai tempat penampungan dan penyaluran tenaga penata laksana rumah tangga. Polisi menyatroni rumah itu, karena mendapatkan informasi adanya perdagangan manusia.

Di dalam  rumah petugas  mendapati ada tiga pembantu rumah tangga yang kondisinya mengenaskan karena sering disiksa. Mereka juga bersaksi bahwa dua rekannya dihabisi Syamsul dan keluarganya.

Kedua korban yang dibuang akhirnya ditemukan. Tubuh Cici yang sudah tidak bernyawa berada di Kabupaten Karo, dan Yanti dihanyutkan di Sungai Deli. Saksi juga melaporkan adanya korban yang  dibunuh dan dikubur di dalam rumah.

Peristiwa di Jalan Beo itu membuat H Jumadi, anggoata Komisi B DPRD Medan, berang. Ia menuding Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan teledor mengawasi tempat penampungan dan penyalur tenaga kerja.

"Dalam peristiwa ini terlihat, keberadaan dinas sosial dan tenaga kerja tidak berfungsi sama sekali. Kasus ini amat mengerikan, berada di pusat kota, tapi tidak diketahui aparat, " tegas Jumadi.

Dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan dinas sosial berjanji akan memulihkan fisik dan psikis enam perempuan calon TKI yang disekap di sebuah rumah di Kampung Cikiray Kaler, Desa Sukamanah, Kecamatan Cisaat. (YN/PS/BB/N-3)

Senin, 15 Desember 2014

IBU DAN ANAK KABUR USAI PRT LAPOR

Bekasi, Warta Kota
Penganiayaan terhadap Rohaeti (18), pembantu rumah tangga (PRT) keluarga Tan (53) di Perumahan Bumi Alam Indah Blok B/24, Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi terungkap.

Keluarga korban curiga karena selama tiga bulan ini tidak bisa menghubungi telepon seluler Rohaeti yang sudah setahun bekerja di rumah itu.

"Bulan Oktober lalu, saya sempat ke rumah majikan adik saya. Waktu saya ke rumah majikannya lagi, Sabtu (6/12), baru ketahuan ponsel adik saya itu disita majikannya," kata Juanda (37), kakak kandung Rohaeti, Senin (8/12).

Juanda bersama istrinya, Eva, lalu menyemput Rohaeti di rumah majikannya, Sabtu (6/12). Juanda pun kaget melihat adik kandungnya mengalami luka memar di sekujur tubuhnya. 

Juanda kemudian membawa Rohaeti untuk dirawat di RS Masmitra Pondok Gede, Kota Bekasi hari itu juga. Lalu diperbolehkan pulang keesokan harinya.

"Habis dari rumah sakit, kami bawa ke Tangerang Selatan, agar adik saya bisa istirahat," katanya. Menurut Juanda, |"Rohaeti adalah anak bungsu dari enam bersaudara, dan merupakan satu-satuya anak perempuan. Kasubag Humas Polresta Bekasi, Ajun Komisaris Siswo mengatakan, korban sudah menjalani visum et repertum. Dari penampakan fisik, kata Siswo, korban menderita luka memar di bagian dada, lengan kiri dan kanan, serta punggungnya.

"Ada luka memar di beberapa bagian tubuh korban diduga menggunakan benda tumpul," kata Siswo. Kini aparat Polresta Bekasi Kota memburu majian Rohaeti, yakni Tan (53), dan anak perempuannya, Ind (28) yang disebutkan polisi sudah kabur. 

"Kami tetap akan mengejar keduanya di manapun mereka berada, meskipun keduanya belum bisa disebut tersangka, karena masih sebagai saksi", katanya.

Mulyana (27) kakak korban, melapor ke polisi. Menurut pengakuan keluarga korban kepada penyidik, majikan korban membuat peraturan apabila korban melakukan kesalahan maka gajinya dipotong sebesar Rp 50.000,-

"Sebulan terakhir ini korban sudah tidak digaji karena nilai terus membuat kesalahan. Jika sudah marah, majikannya menghajar korban menggunakan penggaris besi, sama gagang sapu. Korban mulai dianiaya sekitar dua bulan terakhir," kata Siswo. (chi).  

BERKAS PENGANIAYAAN PRT 10 BULAN NGENDAP DI POLISI

MEDAN (pos Kota) - Hingga saat ini kasus penganiayaan dan perdagangan pembantu rumah tangga (PRT) asal Kupang yang dilakukan Mohar dan Haryati Ongkoh, keturunan Tionghoa masih tertahan di penyidik Polresta Medan. 

Sementara pihak Kejaksaan Medan terus menagih berkas yang sudah 10 bulan mengendap itu. Jaksa Penuntut Umum Herman Rudiansyah, Jumat (5/12) mengatakan, pihaknya belum menerima kabar dan terus akan menagih berkas tersebut.

"Kami telah menyurat tim penyidik Satuan Reskrim Polresta Medan untuk mempertanyakan perkembangan penyidikan yang dilakukan. Namun, belum ada balasan surat dari mereka, katanya. 

Dia menambahkan, berkas perkara sudah dikembalikan sebelumnya (P-9). Harus dilengkapi, kendalanya dikarenakan korban jauh.

Herman mengatakan, kasus ini tidak akan berhenti atau Surat Pemberitahuan Pemberhentian Perkara (SP3).

Kapolresta Medan Kombes Nico Afinta belum memberikan keterangan saat dikonfirmasi, kemarin (samosir/ds)

Selasa, 02 Desember 2014

TIDAK TAHAN DIANIAYA, PRT KABUR

KERAP dianiaya majikan, Apri Emilena, 20, pembantu rumah tangga asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, kabur dari rumah majikannya di Jalan Polonia, Kota Medan, kemarin. Selain  kejam sang majikan juga dituding tidak membayar gaji korban selama dua tahun,. Ucok, kepala lingkungan di wilayah itu, menemukan korban dan mengantarnya ke Kantor Polsek Medan Baru untuk melapor. "Sebelum melapor, korban diberi makan oleh warga karena ia mengaku sangat lapar."

A Sim, sang majikan, membantah sering menganiaya pembantunya itu. "Kalau saya pukul tidak mungkin dia bertahan bekerja selama dua tahun di rumah saya." (PS/N-3)

TEMPAT PENAMPUNGAN DIGEREBEK, PEMBANTU TEWAS JADI 2 ORANG

MEDAN (Pos Kota) - Korban tewas akibat penyiksaan dan penganiayaan yang dilakukan pasangan suami istyri Syamsul Anwar dan Randika terhadap pembantunya, bertambah menjadi 2 orang. 

Selain Cici, warga Jakarta yang jasadnya ditemukan di Tanah Karo, ternyata pembantu lainnya Yanti, juga tewas ditangan pasutri, anak, keponakan, dan dua pekerjanya.

Kasat Reskrim polresta Medan,. Kompol Wahyu Istanto Bram, Senin (1/12) mengatakan, berdasarkan hasil penyidikan, korban Yanti tewas dianiaya dan ditemukan di kawasan labuhan Deli beberapa waktu lalu.

Jasad Yanti sempat tidak dikenali, sampai akhirnya bisa dikenal berdasarkan keterangan korban yang selamat.

Dikatakan, korban Yanti dibunuh sekitar satu minggu setelah Cici ditemukan tewas di Barus Jahe, Tanah Karo pada awal November lalu. Saat ini mayat Yanti masih berada di RS Pirngadi untuk diotopsi.

IKUT MENGANIAYA
Setelah melakukan pengerebekan rumah penampungan pembantu CV Maju Jaya Bersama dengan pasutri Syamsul dan Randika, di Jalan Beo simpang Jalan Angkasa, Kamis (27/11) lalu, polisi melakukan pengembangan.

Hasilnya, sebuah rumah mewah di Jalan Tuamang, Kelurahan Siti Rejo, Medan, Senin (1/12), kembali digerebek aparat Polresta Medan. 

Polisi mengamankan pemilik rumah Haji Kaka yang merupakan kakak kandung tersangka Syamsul. Dugaan sementara Kaka juga melakukan penganiayaan terhadap pembantunya.

Polisi juga mengamankan seorang pembantu Dorce, 43, warga asal Nusa Tenggara Timur yang sudah terlihat lemah.

"Pembantu dan majikan dibawa polisi," kata Irwan, Kepala Lingkungan XII, Kelurahan Siti Rejo. Medan.

Diberitakan sebelumnya, penganiayaan terhadap pembantu itu terungkap setelah petugas menggerebek rumah Syamsul. Tiga pembantu Endang Murdaningsih, 55, asal Madura, Anis dan Rukmiani, 43, asal Demak diselamatkan. Sedanmgkan Cici, terungkap tewas dianiaya. (samosir/ds)

Minggu, 30 November 2014

PENYIKSAAN PRT DI MENTENG DISELIDIKI

Semanggi, Warta Kota
Seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di kawasan perumahan elit di Jalan Maluku, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, melapor ke Polda Metro Jaya.

Pembantu bernama Nisa binti Muhima ini mengadu ke polisi bahwa dirinya telah dianiaya oleh majikannya pada Rabu (12/11) lalu.

Bukan cuma dipukul. Nisa juga mengaku disetrika tubuhnya dan disiram air panas oleh majikannya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, membenarkan pihaknya menerima laporan dari Nisa terkait penganiayaan itu.

Rikwanto mengatakan, dalam laporannya, Nisa mengadukan majikannya yang berinisial TC dan MJ.  

"Korban bekerja di tempat terlapor sejak tahun 1984 hingga Juli 2014, namun dua tahun terakhir tidak digaji, dan mengaku disiksa, jadi dia melarikan diri," ujarnya, Kamis (27/11).

Nisa melapor ke Polda Metro Jaya didampingi seorang pengacara dari Hartono and Law.  

Telah diperiksa
Menurut Rikwanto, Nisa buta huruf dan  baru bisa diperiksa penyidik pada Rabu (19/11) lalu.

Polisi akan memeriksa bukti-bukti dan saksi sebelum memanggil terlapor. Pasal yang dilaporkan oleh Nisa adalah Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dan Undang -Undang No. 23 tahun 2004 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). (sab) 

PRT MIGRAN HARUS BERSERTIFIKAT

JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah menargetkan pada tahun 2017 seluruh pekerja rumah tangga migran sudah mengalami reorientasi jabatan dari informal ke formal. Hal ini bertujuan agar pekerja tersebut berdaya saing dan memiliki posisi tawar lebih.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Kementerian  Ketenagakerjaan Reyna Usman dalam diskusi bertema  "Revitalisasi dan Perbaikan Tata Kelola Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri". di Jakarta, Senin  (17/11). Sejumlah persiapan peningkatan keahlian akan diserahkan kepada balai latihan kerja (BLK) dan lembaga kursus.

"Saat ini, lebih dari 200 BLK berdiri di daerah. Jumlah lembaga kursus keahlian juga masih belum dihitung secara rinci. Kami akan melakukan pemetaan jumlah keseluruhan BLK atau pun lembaga kursus terlebih dahulu," ujar Reyna. 

Bagi daerah yang belum memiliki BLK, pemerintah pusat akan mendirikannya. Lokasi BLK tidak boleh jauh dari kantong wilayah pemasok pekerja rumah tangga (PRT) migran. Setelah itu, akan dilihat program-program pelatihan BLK dan lembaga kursus tersebut. Calon PRT migran harus mengikuti pelatihan yang berbasis pada jabatan kerja mereka di negara tujuan, seperti pengasuh bayi, pengurus taman, dan juru masak.

"Mereka harus mendapatkan sertifikat atas keahlian yang diperoleh sesudah selesai mengikuti pelatihan," ungkap Reyna. 

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Tenaga Kerja Benny Soetrisno menyampaikan, perlu standar kompetensi bagi PRT migran yang akan diberangkatkan. Peran Badan Nasional Sertifikasi Profesi harus digiatkan. 

"Masyarakat ekonomi ASEAN dan pasar bebas global sudah di depan mata. Jangan sampai tenaga kerja Indonesia, baik PRT migran maupun tidak, kalah kompeten," tutur Benny.

Perlindungan
Namun, menurut Analis Kebijakan Migrant Care Wahyu susilo, perlindungan PRT tetap merupakan prioritas utama. Dia menilai sejauh ini produk legislasi lebih banyak berbicara soal penempatan. 

"Kami mendorong DPR segera meyelesaikan revisi Undang-Undang  Nomor 39  Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Undang-Undang ini masuk Prolegnas (Program Legislasi Nasional) sejak  2012. Kami harap bisa segera dipercepat pembahasannya," kata Wahyu.  

Selain undang-undang itu, pihaknya juga mendorong agar RUU Perlindungan PRT segera dibahas dan disahkan. Proses ratifikasi Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) 189 tentang Kerja Layak PRT juga harus segera diselesikan. Ratifikasi Konvensi ILO 189 menjadi payung hukum keberadaan RUU PRT. Dalam konvensi diatur mengenai hal-hak PRT.

Hal senada diungkapkan Koordinator For Migrant Indonesia Jamaludin Suryahadikusuma. "Perlindungan PRT migran sebelum diberangkatkan belum pernah dievaluasi," ungkapnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Jamaludin melihat lembaga pengirim PRT migran sudah bersosialisasi ke sekolah menengah atas. "Tidak heran apabila kualitas latar belakang pendidikan PRT migran tetap saja kurang," ujarnya.   

Jamaludin menyebutkan, tenaga kerja Indonesia pada 2010 berjumlah 575.804 orang dan pada 2011 tercatat 586.802 orang. Tahun 2012, jumlahnya 494.609 orang dan tahun 2013 sebanyak 512.168.

Wahyu menambahkan, pemerintah perlu mengevaluasi perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) serta pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS).

Pada Maret 2014, pemerintah telah memberikan sanksi penskorsan terhadap 231 PPTKIS karena dinilai melanggar ketentuan UU No. 39/2004. (MED)

BUNUH PRT, SEKELUARGA JADI TERSANGKA

POLISI menetapkan empat tersangka yang masih satu keluarga, warga Jalan Beo, Kota Medan, Sumatera Utara, sebagai pelaku penganiayaan dan pembunuhan terhadap para pembantu rumah tangga (PRT) mereka. Satu pembantu dibuang dalam kondisi sudah tidak bernyawa di Kabupaten Karo dan tiga lainnya ditemukan terluka di rumah sang majikan.

Para pelaku terdiri dari Syamsul dan istrinya Radika, anak mereka M Tariq, dan Jakir, keponakan. Pembnatu yang tewas ialah Cici, 30, asal Jawa Tengah, Anis Rahayu, 25, Rukmiani, 42, dan Endang, 55, menderita luka.

"Ketiga korban yang menderita luka mengaku kerap dianiaya sang majikan dan keluarganya karena persoalan sepele. Mereka dianiaya dengan sejumlah benda tumpul atau perlengkapan rumah tangga lainnya," papar Kapolda Sumatera Utara Irjen Eko Hadi Sutejo, kemarin.  

Kasus ini terungkap saat Polresta Medan menggerebek rumah pelaku, karena diduga menjadi lokasi perdagangan manusia. Ketiga pembantu menginformasikan seorang rekan mereka tewas karena disiksa. (YN/PS/N-3) 

Kamis, 27 November 2014

2 PRT LAPORKAN MAJIKAN

SEMANGGI (Pos Kota) - Dua pembantu rumah tangga melaporkan majikannya ke Polda Metro Jaya. Mereka mengaku selama bekerja di sana kerap disiksa seperti disetrika maupun disiram pakai air panas. Mereka juga dipaksa makan daging babi.

Menurut keterangan, kedua korban Nurimah dan Nisa sudah melaporkan kasus ini  ke Polda Metro Jaya, 4 November lalu. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, Kamis (27/11) menjelaskan, saat melapor, kedua korban datang didampingi kuasa hukumnya.  

Diungkapkan Rikwanto dalam laporan polisi kedua korban mengaku PRT di rumah TAC dan istrinya, MJ di Jalan Maluku, Menteng, Jakpus, sejak 1984. Selain disiksa, kata Kobmes Rikwanto, korban juga mengaku tak pernah digaji sejek 2 tahun belakangan. 

Lantaran tak sanggup menanggung derita, korban memilih kabur dari rumah majikannya itu. "Mereka kabur saat majikannya keluar rumah," lanjut Kombes Rikwanto.

MAKANAN HARAM
Sebagai pihak yang bertugas mengayomi masyarakat pelapor tetap diperiksa sebelum memanggil terlapor. Pasal yang akan dikenakan nanti bila memang terbukti adalah 351 KUHP tentang penganiayaan, dan UU KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga, red)," kata Rikwanto.

Saat ini, tim penyidik mengumpulkan saksi-saksi terkait kasus penganiayaan Nuri dan Nisa. Penyidik juga melakukan visum luka-luka yang terdapat di tubuh pelapor. 

Kuasa hukum Nisa, Hartono Tanoewidjaja menyatakan, majikan Nisa juga diduga melakukan penistaan agama. Selain diperlakukan kasar, Hartono menyebutkan korban juga pernah dipaksa memakan daging babi. "Padahal klien saya seorang muslim. dia juga dikurung dan disuruh berdiri di atas bangku sampai semalaman. Kami telah memiliki bukti-bukti serta hasil visum dari satu rumah sakit di Jakarta," katanya. (ian) 

Selasa, 25 November 2014

5TAHUN SIKSA PEMBANTU, TIGA JANDA DIBUI

KEBAYORAN BARU (Pos Kota) - Lima tahun menyiksa pembantu, tiga janda tua dijebloskan ke tahanan Polres Jakarta Selatan, Senin (10/11) siang. Selain disiksa, korban tidak pernah digaji dan sering disekap. 

Ketiga janda yang ditahan; Ny Arviyani, 65, Ny Aryanti, 54, dan Ny Adyar, 53. Mereka terancam melanggar pasal 170 KUHPdan pasal 44 UU RI No. 23 tahun 2014 Tentang KDRT dengan ancaman pidana 5 tahun penjara.

Korban, Nuryati, 20, lolos dari sekapan setelah ditolong warga dan polisi keluar dari rumah majikannya di Perumahan Reni Jaya, Blok Y 7, Kel. Benda, Pamulang.

Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Wahyu Hadiningrat menjelaskan, motif penganiayaan karena pelaku kesal terhadapa pembantu yang katanya sering melakukan kesalahan. "Korban pernah tidak dikasih makan dan diikat. Selain itu, ia disundut pakai rokok disekujur  tubuh,"kata kapolres, Senin (10/11).

Dari hasil visum dokter, menunjukkan disekujur tubuh korban sampai kaki terdapat luka bakar sudah mengering. "Ini disesalkan, jangan sampai terjadi pada PRT yang lainnya. Kami imbau agar jika memiliki majikan bermain fisik segera keluar dari pekerjaan," ujar Wahyu Hadiningrat.

LAPORAN WARGA
Diberitahukan sebelumnya, Nuryati, asal Pemalang Jawa Tengah, disekap dan babak belur di sekujur tubuh karena mengalami  kekerasan fisik oleh majikannya.Kalau ini terungkap setelah petugas Polsek Pamulang mendapat laporan dari warga saat meminjam tangga, Rabu (5/11) lalu (Pos Kota, 6/11).

Akhirnya korban berhasil perawatan di rumah sakit. Wanita ini dijanjikan Rp350 juta per bulan, namun gaji tersebut tidak pernah diberi. Ia bahkan mengalami penyiksaan dianiaya, pakai gesper, lem, disundut pakai korek api dan disekap pakai tali. Polisi meringkus tersangka di perumahan Reny Jaya, Pamulang, setelah seminggu melakukan penyelidikan dan meminta keterangan saki-saksi. (adjit/M1/yo/ird 

PEMBANTU BARU TIKAM MAJIKAN

RUSTI Sinaga,76, tewas dibunuh oleh Aminah, 30, pembantu rumah tangga yang baru sehari bekerja di rumahnya di Cluster Aralia Blok HY23/5 RT 1/17, Harapan Indah, Desa Pusaka Rakyat, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. 

Rusti meningal saat hendak dilarikan ke RS Citra Harapan Bekasi. Menurut keterangan Kasubag Humas Polresta Bekasi, Iptu Makmur, perisiwa terjadi pada Sabtu (20/9), sekitar pukul 05.45 WIB. "Pembantunya menikam majikannya pada bagian leher menggunakan pisau dapur,"ungkapnya kemarin.

Aminah ditangkap pada malam hari seusai kejadian oleh warga, kemudian diserahkan ke Polsek Tarumajaya untuk menjalani proses penyelidikan. "Motifnya belum diketahui karena pelaku masih di RS Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk perawatan dan pemeriksaan kejiwaan dirinya," terangnya, Aminah  bekerja atas informasi suaminya yang bekerja sebagai kuli bangunan di sekitar tempat tinggal Rusti. (Gan/J-4)

Senin, 17 November 2014

Pembantu Berkomplot Mencuri dengan Kekasih. Harta Majikan Dipakai Foya-foya

CEMPAKA PUTIH (Pos Kota)-Wanita pembantu berkomplot dengan pacar membobol rumah majikan, diciduk di Tanjung Priok, Jumat (14/11). Harta curian habis dipakai buat berfoya-foya.

Tersangkla Wati, 23, asal Cirebon, diringkus dirumah kontrakan kekasihnya. Dia menggasak uang Rp 3 juta dan perhiasan emas 100 gram di rumah Ny. Lis, 42, majikan, di Cempaka Putih, Jakpus, Selasa (11/11). Hanya dalam tempo tiga hari duit dan perhiasan curian ludes. 

Wati baru seublan kerja di rumah itu. Kapolsek Cempaka Putih, Kompol Tofiq, menyatakan Wati baru sebulan kerja di rumah Ny.Lis, atas rekomendasi pembantu lainnya, Rukmini, 31.

Rupanya Wati sudah merencanakan berbuat jahat. Saat majikan sedang pergi ke luar kota, Wati membobol lemari majikan dan mecari sejumlah harta benda.

SEMBUNYI DI TEMPAT PACAR
Petugas dipimpin Kanit Reskrim, AKP Supriyadi langsung menyelidiki kasus ini. Hingga akhirnya pada Jumat, sekitar pukul 08.00 polisi mendapat alamat kos pacar Wati di Tanjung Priok, Jakarta Utara. 

Setelah dicari-cari, petugas menemukan kos yang dihuni Luk, pacar Wati. Polisi pun menggerebek tempat kos tersebut didampingi pengurus RT setempat. Namun pacar Wati tidak ada di tempat. Diduga ia kabur setelah mengetahui tempat kosnya digerebek.

Menurut Wati, uang hasil kejahatan sebagian dipakai bersama pacarnya. "Emas juga sudah dijual. Uangnya sempat kami pakai untuk biaya pulang kampung menengok orangtua. Saya sekarang menyesal, "katanya. 

Wati dititipkan di LP Pondok Bambu, Jakarta Timur, sambil menunggu kelengkapan berkas karena di Polsek Cempaka Putih tidak ada sel wanita. "Kami masih memburu pacar Wati," tandas kapolsek. (silaen/yo/ird)

Rabu, 12 November 2014

PEMBANTU KABUR DARI RUMAH BULE

GAMBIR (Pos Kota) - Janda jadi pembantu kabur dari rumah majikan pria bule di Cipayung, Jakarta Timur, ditemukan warga tergeletak di jembatan Jalan Juanda, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (12/11) siang. Ia mengaku tak diberi makan dan diperlakukan tak manusiawi.

Roza, 28, asal Padang, Sumatera Barat, ditemukan pingsan dibawa ke Polsek Gambir. "Petugas menemukan tas berisi pakaian. Ia mengaku kabur dari rumah majikannya, " ujar petugas SPK Aiptu Suprayitno.

Setelah siuman, wanita ini mengaku baru seminggu bekerja. "Tak tahan Pak. Kerja di rumah bule di Cipayung, gaji kecil, kerjaan tidak sesuai. Bahkan, tak dikasih makan, makanya saya pilih kabur," kata Janda tanpa anak ini.

Menurut dia, sejak 25 Oktober lalu dia bekerja di sana dan akan digaji Rp 1 juta/bulan. Kenyataannya, ia diperlakukan kasar hingga membuatnya tak betah."Padahal istrinya orang Indonesia, tapi sikapnya kasar." 

Bermodal uang Rp 50 ribu, ia minggat dari rumah majikan. dia berjalan kaki hingga akhirnya sampai di kawasan Harmoni, Gambir, Jakarta Pusat. (silaen/yo)

POLISI PERHATIKAN KEJIWAAN SUTINAH (PEMBANTU ATAU PEMBANTU RUMAH TANGGA ATAU PRT)

PENYIDIK Polresta Bekasi Kota akan melibatkan sejumlah psikiater untuk memeriksa kejiwaan Sutinah (23) tersangka pembunuh Jason Matthiew Simanjuntak (3).

"Ke depan akan kami libatkan saksi ahli dan juga psikolog untuk periksa kejiwaan tersangka," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto di Mapolresta Bekasi Kota, Rabu (12/11).
Menurut dia, kejiwaan tersangka perlu diperiksa secara intensif menyusul tindakan pembunuhan terhadap korbannya yang terbilang sadis. 
Sejumlah barang bukti yang disita polisi di antaranya sebilah pisau dapur, bantal dan selimut motif bunga dengan bercak darah.
"Tersangka kami jerat dengan dua pasal yakni Pasal 80 Ayat 3 UU RI Nomor 23 Tahun 2002 dengan ancaman penjara maksimal 10 tahun dan Pasal 338 KUHP dengan ancaman 15 tahun penjara, "ujarnya. (Ant/mir)
 


Sutinah (Pembantu atau Pekerja Rumah Tangga (PRT) atau Asisten Rumah Tangga) Sembunyi di Kolong Rel. Pembunuh Bayi Jason DitangkapI

Jakarta, Warta Kota
DALAM pelarian usai membunuh bayi Jason Matthiew Simanjuntak (3), Sutinah (23) bersembunyi di kolong jembatan rel di dekat Masjid Istiqlal, Gambir, Jakarta Pusat.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Sutinah mengamen di jalanan. Namun, keberadaan Sutinah terendus oleh petugas dari Polrestro Jakart Pusat.

"Anggota kami mencocokkan foto tersangka. Kebetulan tersangka suka berada di kolong rel KA dekat Istiqlal sehabis ngamen," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Tatan Dirsan Atmaja, Rabu (12/11).

Seperti diketahui jajaran Resmob Polres Jakarta Pusat menangkap Sutinah di kolong rel dekat Masjid Istiqlal, Selasa (11/11) pukul 18.00. 

Sutinah, warga Karang Tengah RT 03/02, Karang Tengah, Banjarnegara, Jawa Tengah ini sebelumnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga (pembantu atau PRT) pasangan Janter Pinter Simanjuntak dan Elvin Sianipar yang berdomisili di Jalan Bintara 6,Gang Sawo RT 03/06, Bintara, Bekasi Barat, Kota Bekasi.

Pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) tersebut didapat dari orangtua Janter-Elvin yang tinggal di Perumahan Pondok Tanah Mas, Cibitung, Kabupaten Bekasi. Sutinah diduga kuat membunuh Jason pada Selasa, 21 Oktober 2014. Saat ditemukan pertama kali, kondisi Jason sungguh mengenaskan. Mukanya ditutupi bantal dan nadi tangan kirinya mengalami luka sayat.

Hanya karena kesal
Kasubag Humas Polresta Bekasi Kota, Ajun Komisaris Siswo mengatakan mengakui telah menganiaya Jason hingga tewas.  

"Kepada petugas, tersangka sudah terus terang mengakui perbuatannya membunuh korban dengan motif kesal karena perilaku korban yang nakal," katanya.  

Menurut polisi mengutip keterangan tersangka, korban rewel sehingga membuat kepalanya pusing dan membuatnya nekat membekap wajah korban dengan bantal sambil menekan di dadanya hingga korban tidak bernapas. 

"Lalu tersangka juga mengambil sebilah pisau dapur untuk memutus urat nadi bagian tangan kanan korban untuk memastikan Jason sudah meninggal," katanya. 

Usai menghabisi nyawa Jason, Sutinah pergi ke Stasiun Kranji arah Monas untuk menghadiri perayaan Pesta Rakyat pada malam harinya," katanya. 

Pada Senin, 20 Oktober 2014 malam ada konser yang digelar Slank. "Lalu tersangka tidur di Mondas. baru keesokan harinya, berangkat ke Jatinegara dan kembali ke Jakarta dengan tidur di emperan toko," katanya. 

Selama pelarian, Sutinah hidup secara gelandangan di Jakarta dan mencari uang dengan cara mengamen.

Hingga kini tersangka masih dalam proses pemeriksaan intensif Polresta Bekasi Kota untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum. (m2/Ant)

Minggu, 09 November 2014

PASUTRI MENCURI BERKEDOK PRT (PEMBANTU RUMAH TANGGA ATAU PEMBANTU)

Semanggi, Warta Kota
Masyarakat diimbau waspada jika mencari pembantu rumah tangga (pembantu atau PRT) melalui perusahaan jasa penyalur PRT (pembantu rumah tangga atau pembantu). Cek lebih dahulu profil perusahaan jasa penyalur PRT (pembantu rumah tangga atau pembantu) tersebut, apakah terdaftar atau tidak.

Kemarin, aparat Direktorat Reserse dan Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya meringkus komplotan pencuri dengan modus operandi membuat jasa penyalur pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT). 

"Kelompok ini membuat seperti jasa penyalur pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT)," kata Direktur Reserse dan Krimanal Umum Polda Metero Jaya, Komisaris Besar Heru Pranoto, di Polda Metro Jaya, Selasa (28/10).

Sudah lima orang yang ditangkap. Kelimanya yakni M alias I, NK alias S, S, S alias G, S alias U. Kini, polisi masih memburu tiga orang anggota lainnya, yakni R,B dan C.

Terakhir kali, M dan teman-temannya beraksi di rumah korban berinisial LM, di Jalan Cempaka Raya, Sawah Barat, Jakarta Timur, 2 Oktober 2014.

Mereka berhasil menggasak harta benda milik LM senilai Rp 2 miliar dari brankas. Heru menjelaskan, tersangka M alias I dan tersangka NK adalah pasangan suami istri (pasutri).

Berbagi peran
Dalam aksinya, M berperan mengamati sekeliling loksi kejadianb, sedangkan NK menyamar sebagai pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) di rumah korban. NK melaporkan situasi dan memberikan informasi. 

"Kemudian S berperan sebagai sopir, kendaraan yang dipakai adalah mobil rental yang disewa. Kalau tersangka S alias G spesialis pembuka brankas dan tersangka S alias U adalah penadah," papar Heru. 

Setelah dilakukan penyelidikan, tim reserse Ditreskrimum Polda Metro Jaya akhirnya menangkap sindikat ini pada 22 Oktober di beberapa tempat berbeda. Mulai dari Batang, Jawa Tengah; Pondok Aren, Tangerang Selatan; dan Depok.

Dalam penangkapan itu, polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa yang diduga kuat digunakan dan sebagian hasil dari kejahatannya. seperti delapan unit telepon genggam, tiga buah cincin emas, satu untaian kalung emas, dua buah liontin, tiga dompet, satu buah cash box, satu buah brankas, dan satu buah linggis. 

Atas perbuatannya, para tersangka dijerat Pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan ancaman hukuman paling lama 9 tahun penjara. (sab)

ANAK BALITA ITU TEWAS DIBUNUH PEMBANTU (PEMBANTU RUMAH TANGGA ATAU PRT)

Sungguh tragis nasib anak laki-laki berusia 3,5 tahun di Bekasi Barat, Kota Beksi. Anak balita bernama Jason itu tewas kehabisan darah setelah urat nadinya dipotong pembantu rumah tangga (pembantu atau PRT) yang menjaganya. 

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, pelaku perbuatan keji itu diduga pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) yang mengasuh anak balita itu. Penganiayaan yang berujung tewasnya anak balita tersebut baru diketahui orangtua bayi itu pada Selasa (21/10) sekitar pukul 00.30 saat mereka pulang kerja. 

"Pelakunya diduga pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT), namanya Sutinah (20)," kata Rikwanto.

Peristiwa itu terjadi saat korban ditinggal bersama pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) oleh orangtuanya untuk bekerja. Saat orangtuanya pulang kerja, ia melihat korban dalam posisi tertidur, sedangkan pembantunya (pembantu rumah tangga atau PRT) sudah tidak ada di rumah itu. Kepala anak balita tersebut tertutup bantal.

"Orangtua korban tidak melihat pembantunya (pembantu rumah tangga atau PRT) di rumah tersebut," ujar Rikwanto. 

Betapa kagetnya sang orangtua anak itu saat mengetahui anaknya terbaring dengan bersimbah darah. Saat itulah, orangtua korban melihat tangan kanan anaknya telah tersayat benda tajam.

"Pelaku diduga menyayat tangan kanan korban dengan menggunakan senjata tajam. Korban diduga meninggal karena kehabisan darah," ungkap Rikwanto.

Orangtua korban pun langsung berteriak histeris meminta tolong warga. Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, tetapi korban sudah meninggal.

Mendapat laporan peristiwa itu, polisi segera melakukan penyelidikan di tempat kejadian. Di rumah itu, polisi mendapati barang-barang yang hilang. Alat yang digunakan untuk menyayat tangan korban juga belum ditemukan polisi.

Rikwanto mengatakan, keberadaan pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) yang diduga menjadi pelaku masih diburu oleh polisi.

"Pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) ini baru 10 hari bekerja di rumah itu. masih dilakukan pencarian karena setelah peristiwa itu, pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) tersebut tidak berada di lokasi," ujarnya.

Polisi lantas menghubungi pihak-pihak yang menjadi sponsor atau pihak yang mengenalkan pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) tersebut dengan orangtua korban. Polisi telah memeriksa sejumlah pihak, di antaranya pacar pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) itu.

Rikwanto menyebutkan, pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) itu didapat oleh orangtua korban dari nenek korban. Sementara nenek korban mendapatkan nama pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) tersebut dari seseorang yang mendapatkannya dari pacar pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) tersebut.

"Pacar pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) itu bernama Yadi. Mereka belum lama pacaran, baru sekitar satu bulan," kata Rikwanto.

Kepada pacarnya, pelaku menyebutkan sedang membutuhkan pekerjaan sehingga pacarnya itu kemudian mencarikan pekerjaan sebagai pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT).

Polisi belum menemukan motif pelaku nekat melakukan perbuatan sadis tersebut. Polisi baru mendapat keterangan dari pacar pelaku.

"Untuk motif belum diketahui karena pelaku masih belum tertangkap," kata Rikwanto.

Rikwanto mengimbau agar pasangan atau keluarga yang tengah mencari pembantu rumah tangga (pembantu atau PRT) untuk lebih waspada. Orang yang membutuhkan tenaga pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) diharapkan tidak segan-segan menelusuri atau meneliti latar belakang calon pembantunya (pembantu rumah tangga atau PRT) tersebut.

"Kalau menerima pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) atau pengasuh harus jelas. Pastikan alamat di KTP itu benar. Siapa keluarganya, seperti orangtuanya. Usahakan untuk dapat menyimpan foto pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) tersebut," ujar Rikwanto. (RTS/RAY)     

5 TAHUN DIPERBUDAK PRT (PEMBANTU RUMAH TANGGA ATAU PEMBANTU) DIBEBASKAN WARGA

PAMULANG (Pos Kota) - Praktik perbudakan ternyata masih terjadi di era reformasi ini. Seorang wanita diperlakukan tak manusiawi oleh majikannya. Kerja sebagai PRT (pembantu rumah tangga atau pembantu) 5 tahun tak digaji. Bikin kesalahan langsung digebuki sampai babak belur.

Saat warga dan polisi datang untuk membebaskan Nuryati, 20, di Perumahan Reni Jaya, Pamulang, Tangsel, Rabu (5/11) malam, kondisi korban sangat mengenaskan.

Korban disekap dalam kamar dengan kondisi kedua tangan terikat. Tubuh dan wajahnya terdapat luka memar.

Didiuga wanita asal Pemalang, Jawa Tengah, itu kerap menerima kekerasan fisik dari majikan pasangan Hj. Adyar, 40, Aryanti, 40, dan anaknya, Arviyani, 20.

"Korban sering dianiaya pelaku menggunakan gesper, "kata Kanit IV PPA Polres Jaksel, Iptu Nunu, Kamis (6/11). "Nuryati sudah lima tahun bekerja di tempat itu sebagai pembantu rumah tangga (pembantu atau PRT)."

DIHALANGI KERABAT
Terungkapnya aksi sadis pelaku  berawal dari kecurigaan warga setempat yang kerap melihat korban dalam kondisi mengenaskan. Puncaknya ketika memergoki korban dalam kondisi lebam dan memar di bagian matanya.

Warga kemudian berinisiatif melaporkan kecurigaan itu ke Polsek Pamulang. Selanjutnya, bersama ketua RT setempat, Ahmad Syaifurkoni dan sejumlah warga, petugas menggerebek rumah tempat korban bekerja di Perumahan Reni Jaya, Blok Y7, RT 02/12, Kel. Benda, Pamulang.

Kedatangan polisi dan warga sempat dihalangi kerabat keluarga pelaku yang mengatakan tidak ada persoalan dengan korban. Bahkan disebutkan saat itu Nuryati akan pulang kampung.

Namun tindakan itu tak menghalangi niat petugas dan warga untuk menemui korban. Akhirnya Nuryati pun ditemukan di sebuah kamar yang terkunci.

Dengan kondisi terikat, Nuryati terlihat lemah. Tubuhnya dipenuhi luka. Selanjutnya oleh petugas korban dibawa ke Polres Jaksel bersama ketiga pelaku dari rumah kontarakan itu.

TAK DIBERI MAKAN
Korban kerap menerima kekerasan fisik jika melakukan kesalahan dalam bekerja. "Sering juga korban tak diberi makan," kata Iptu Nunu.

Kehadiran Nuryati di rumah itu berawal dari pertemuan di kawasan Kota, Jakarta Barat lima tahun lalu. Saat itu Nuryati ditawari bekerja sebagai pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) dengan dijanjikan akan digaji sebesar Ro 350 ribu setiap bulannya. Pembayaran gaji sebelumnya disepakati akan dibayarkan setelah korban sudah bekerja selama lima bulan. "Namun sampai sekarang  korban tak pernah mendapat gajinya, " kata Iptu Nunu. (yh/o)   

Senin, 03 November 2014

BALITA TEWAS DISAYAT PEMBANTU

BALITA 3,5 tahun Mathew Jason Simanjuntak tewas setelah tangan kananya luka tersayat. Dia diduga disiksa hingga meninggal oleh seorang pembantu rumah tangga yang baru 10 hari bekerja di rumahnya di Kampung Bintara 6, RT 03 RW 06, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Selasa (21/10) dini hari.

Putra semata wayang Janter Simanjuntak, 32, dan Eveline Sianipar, 28, itu ditemukan sudah tak bernyawa di dalam kamar yang terletka di lantai dua rumahnya.

Pergelangan tangan kanan korban disayat nyaris putus dan baru diketahui pukul 00.30 WIB, saat orangtua pulang bekerja. Kasubag Humas Polresta Bekasi Kota Ajun Komisaris Siswo mengaku nama pembantu itu belum diketahui karena menurut orangtua korban, pembantu itu tak mau memberikan namanya, hanya ingin dipanggil 'embak'. 

"Eveline dikenalkan oleh mertuanya berinisal AM yang dekat dengan pembantu tersebut," katanya. (Gan/j-4)

JANGAN RAGU AJAK 'SELFIE' PRT

Semanggi, Warta Kota
Banyaknya kasus kriminal yang dilakukan pembantu rumah tangga (PRT) semakin meresahkan. selain melakukan pencurian, PRT juga ada yang membunuh anak majikannya, seperti yang terjadi di Bekasi.

Untuk mengantisipasi kemungkian PRT melakukan kejahatan, masyarakat diminta mengetahui benar-benar latar belakang PRT

Kepala bidang Humas Polda Rikwanto, mengatakan, sebelum menerima PRT bekerja, calon majikan harus tahu betul identitas PRT.

"Minimal ada KTP, KK, atau akta kelahirannya, di mana alamatnya, lalu kalau perlu sambangi ke rumahnya. Lalu jangan ragu foto PRT tersebut, kalau perlu ajak selfie foto bersama," ujar Rikwanto, Minggu (26/10).

Dikatakan Rikwanto, foto akan memudahkan polisi jika nantinya PRT tersebut diketahui menggunakan KTP atau alat identitas palsu. Jika identitas palsu, dan foto juga tidak ada, maka untuk melacaknya cukup sulit.

Kesulitan
Hingga kini, polisi Polsektro Menteng masih mencari pembantu Listiawan Widiatmoko yang dicurigai sebagai percuri perhiasan emas senilai Rp 1 miliar.

Polisi sudah memeriksa pembantu mertua Listiawan. Namun, kata Kapolsektro Menteng, Ajun Komisaris Besar, Gunawan, polisi minim petunjuk sehingga pelaku sulit ditemukan.  

"keterangan dua orang saksi yang kita minta keterangan masih kurang jelas. Hingga pada akhirnya kami mengalami kebuntuan. Sulit lantaran minim petunjuk," ucap Gunawan, saat dikonfirmasi. (sab/m2)

Dua PRT yang Masih Diburu Polisi:
1. Kasus pembunuhan oleh PRT di Bekasi, seorang PRT membunuh Jason Mathew, bayi laki-laki, berusia 3,5 tahun. Jason ditemukan sudah tak bernyawa oleh ibu kandungnya pada Selasa (21/10) sekitar pukul 00.30. Jason ditemukan dalam kondisi wajah ditutupi bantal dan nadi tangan kirinya mengalami luka sayat. Jason adalah putra dari pasangan Janter Pieter Simanjuntak dan Evelin Sianipar. Hingga kini Tinah masih dikejar polisi.

2. Jumat pekan lalu seorang PRT mengaku bernama Siti yang baru kerja satu malam menggondol perhiasan majikannya senilai Rp 1 miliar di Menteng, Jakarta Pusat. Siti kini masih diburu.  

HATI-HATI MENERIMA PEMBANTU RUMAH TANGGA

Keluarga yang membutuhkan jasa atau tenaga pembantu rumah tangga patut waspada. Belakangan ini, makin marak saja kejahatan yang terkait dengan kehadiran pembantu dalam rumah. Kasusnya bisa  berupa pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan. 

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Heru Pranoto, Selasa (28/10), mengingatkan pentinganya mengetahui identitas calon pembantu rumah tangga (PRT) yang hendak direkrut.Usahakan untuk mendapatkan foto, mengetahui latar belakangnya, orangtuanya, atau keluarga asalnya, sehingga ada yang bisa dihubungi jika terjadi sesuatu.

Heru juga mengimbau warga yang hendak mencari pembantu lewat perusahaan penyalur agar memastikan legalitas perusahaan tersebut. Pasalnya, sejumlah kelompok penjahat berkedok sebagai perusahaan jasa penyalur pembantu

"Apabila menggunakan jasa penyalur pembantu, cek legalitasmya, bisa saja penyalurnya ini palsu," tambah Heru.

Pekan lalu, Bekasi digegerkan oleh seorang PRT yang diduga membunuh secara sadis anak balita laki-laki berusia 3 tahun 6 bulan. Anak balita malang tersebut dibunuh dengan  cara disayat urat  nadi pada lengan kanannya dengan pisau oleh PRT yang baru bekerja 10 hari. Hingga kemarin, polisi masih mencari jejak dan lokasi pelarian pembantu bernama Sartinah (23) tersebut.

Kelompok penjahat berkedok pembantu juga mengincar harta warga yang tengah membutuhkan jasa PRT. Dua kelompok telah diringkus polisi, tetapi sindikat lain diduga masih berkeliaran.

Heru Pranoto menyebutkan, anak buahnya telah meringkus delapan tersangka dari dua kelompok berbeda. Pelaku pura-pura sebagai PRT.

"Dua kelompok dengan modus mirip ditangkap. Kelompok satu modusnya memasukkan seorang perempuan berpura-pura sebagai PRT ke keluarga yang membutuhkan. Pembantu ini lalu melapor ke kelompoknya tentang kondisi rumah sebelum melakukan pencurian," kata Heru.

Tiga orang ditangkap, yakni Y alias N, A alias AP, dan S alias SR. Korbannya adalah seorang warga Kelapa Gading, Jakarta Utara, dengan kerugian Rp 100 juta. 

Kelompok kedua yang diringkus berkedok sebagai jasa penyalur pembantu, tetapi modusnya mirip.

"Setelah seorang anggota perempuan disalurkan sebagai pembantu, lalu melapor ke kelompoknya mengenai kondisi rumah sebelum melakukan pencurian harta benda," ujar Heru.

Lima anggota kelompok ini telah diringkus. Mereka adalah MU alias IM, SU, GI, UD, dan NA alias SE, perempuan yang berperan sebagai pembantu. Tiga anggota kelompok ini masih buron, yakni RO, BE, dan CI.  

Kelompok ini mengasak harta senilai lebih dari Rp 2 miliar dari seorang warga di Jalan Cempaka Raya, Sawah Barat, Jakarta Timur, pada 2 Oktober lalu. Menurut Heru, penangkapan para tersangka dilakukan  pada 22 Oktober dan 24 Oktober lalu di sejumlah tempat persembunyian mereka.

Polisi memang menjadi mitra masyarakat dalam penanganan kriminilatas, termasuk jika kasusnya melibatkan PRT, Namun, akan lebih baik jika langkah antisipasi sudah dilakukan oleh setiap rumah tangga. (RA)     

PENGASUH DAN BALITA DITUSUK PENJAHAT

SUKABUMI (Pos Kota) - aksi kriminalitas di siang bolong terjadi di Sukabumi. Rumah dokter di kawasan elit Perumahan Pesona Pangrango, Blok F No. 18 disatroni penjahat. Tragisnya, seorang pengasuh bersama bayi yang diasuhnya luka parah terkena tusukan pisau pelaku, Jumat (31/10).

Aksi tersebut terjadi sekitar pukul 11.30 saat rumah itu hanya dihuni pembantu rumah tangga, Oki Wahyuningsih, 17, yang tengah mengasuh balita Kesia Yasmin,3. 

Tiba-tiba datang seseorang yang mengaku pengantar paket. Malah, sempat korban dan pelaku berbincang-bincang.

Entah kenapa, tiba-tiba pelaku langsung menusuk korban menggunakan pisau dapur yang dibawanya. Akibat, pembantu tesebut terluka di pergelangan tangan kanan serta pinggang sebelah kiri terkena tusukan.

LARI KE MESJID
Malah, balita Kesia yang tengah diasuh juga menjadi bulan-bulanan pelaku. Sang bayi dipukul menggunakan benda keras di bagian kepala dan wajah. Setelah melakukan aksinya, pelaku kabur. 

Korban Oki yang bersimbah darah berlari ke arah mesjid meminta pertolongan warga yang baru bubaran salat Jumat. Warga kemudian membawa pembantu dan balita yang terluka ke RSUD Syamsudin.

Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota, AKP Sulaeman menyebutkan, hasil identifikasi petugas di lokasi belum ada barang yang hilang.

"Barang bukti yang ditemukan pisau dapur dan cobek batu yang diduga digunakan pelaku menganiaya korban. Masih kami selidiki. Diduga kuat tersangka  bermaksud mencuri tapi rumah ada penghuninya," kata AKP Sulaeman. (ds)

WANITA PEMBANTU (PEMBANTU RUMAH TANGGA ATAU PRT) BAWA KABUR EMAS SENILAI RP 100 JUTA

KALIDERES (Pos Kota)- Ditinggal pergi majikan ke Bandung, wanita pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) baru 2 hari bekerja kabur setelah menggasak perhiasan emas senilai Rp 100 juta dari rumah majikan di Perumahan Citra 2 Blok 01 No. 19, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (2/11).

Ernawati, 25, asal Purbalingga, Jawa Tengah, masih diburu anggota Reskrim Polsek Kalideres dan Unit Jatanras Polres Metro Jakarta Barat.

Menurut pemilik rumah, Amandri, SH, saat melapor ke Polsek Kalideres, ia bersama keluarganya sejak Sabtu (1/11) sekitar pukul 09.00, berangkat ke Bandung. rumah hanya ditunggui wanita pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT). 

Alangkah terkejutnya ketika pulang dari Bandung, rumah tidak ada yang menunggu. Pembantu (pembantu rumah tangga atau PRT) tak terlihat. "Saya melihat ruangan kamar dan lemari berantakan. Sejumlah perhiasan emas senilai Rp 100 juta raib," kata pemilik rumah kepada polisi. Ernawati diperkirakan tidak sendirian, dia berkomplot dengan penjahat. (warto/ian/o)

Rabu, 29 Oktober 2014

PEMBANTU RUMAH TANGGA, PEMBUNUH BAYI ITU MASIH BERKELIARAN

Perburuan terhadap pembantu rumah tangga yang diduga membunuh seorang anak balita laki-laki di Bekasi belum menemui titik terang. Keberadaan pembantu bernama Sartinah (sebelumnya ditulis Sutinah) masih misterius.

Polisi masih mencari jejak perempuan berusia 23 tahun itu untuk mengungkap aksinya yang menyebabkan anak balita bernama Jason (3 tahun 6 bulan) meninggal. Kepala Bidang Humas Polda Metero Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan polisi telah memastikan pembantu rumah tangga yang mengasuh korban sebagai pelaku pembunuhan.

"Sayangnya, dari olah tempat kejadian, barang-barang milik pelaku sudah tidak ada, sudah dikemas dan dibawa pergi," kata Rikwanto, Senin (27/10).

Pelaku diduga membunuh dengan cara menyayat tangan kanan korban tersebut dengan pisau dapur sehingga bocah malang itu tewas kehabisan darah. Pencarian terhadap Sartinah dilakukan ke sejumlah tempat yang diduga menjadi tempat persembunyiannya.

Polisi telah mencarinya di Jakarta dan wilayah Jawa Tengah, tempat asal pembantu itu. "Dicari ke sejumlah tempat, baik di Jakarta maupun ke Banjarnegara dan Purwokerto. Sudah kita datangi orangtuanya, keluarganya di Banjarnegara, tetapi belum ketemu,"ujar Rikwanto. 

Dari keterangan keluarganya, kata Rikwanto, Sartinah terakhir bertemu dengan keluarganya pada saat mudik Lebaran lalu. "Kami telah meminta bantuan Polda Jateng dan Polres Banjarnegara untuk membantu melakukan pencarian," tambah Rikwanto.

Dari pihak keluarga, polisi mendapatkan petunjuk, yakni foto pelaku meski belum dipastikan, apakah foto tersebut akurat dengan kondisi pelaku saat ini. Motif pembunuhan ini masih didalami. 

Pembunuhan ini diketahui oleh orangtua korban pada Selasa (21/10) dini hari saat baru pulang kerja. Peristiwa terjadi saat korban ditinggal bersama pembantu oleh orangtuanya untuk bekerja.

Saat pulang kerja, orangtuanya melihat korban dalam posisi tertidur. Adapun pembantunya sudah tidak ada di rumah itu. Kepala anak balita itu tertutup bantal dan bersimbah darah.  

Saat itulah orangtua korban melihat tangan kanan anaknya telah tersayat benda tajam. Orangtua korban pun langsung berteriak histeris meminta tolong warga. Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, tetapi korban sudah meninggal. (RTS/RAY)

  

Senin, 06 Oktober 2014

UANG 5 MILIAR DIBUANG KE COMBERAN, DIDUGA HASIL KORUPSI

PASAR MINGGU (Pos Kota) - Koper berisi uang dolar Amerika Serikat senilai Rp 5 miliar, ditemukan seorang wanita PRT di comberan rumah majikan, kawasan Cilandak Timur, Pasar Minggu, Sabtu (27/9) malam. Kuat dugaan, lembaran mata uang asing tersebut hasil korupsi karena dipergoki aparat, pelaku spontan membuang dan sewaktu-waktu pemiliknya mengambil kembali. 

Koper berwarna gelap tersebut semula dicurigai berisi bahan peledak. Seorang wanita pembantu rumah tangga (PRT) menemukannya sekitar pukul 20.30. Tak berselang lama, penemuan itu menggemparkan warga sekitar. Tetapi, tak ada warga berani mendekat apalagi menyentuh.

Warga khawatir koper tersebut berisi bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Warga memilih melaporkan penemuan koper misterius itu ke polisi. Tak berselang lama, aparat Polsek Pasar Minggu tiba di lokasi.

Petugas memeriksa koper tersebut menggunakan metal detector guna memastikan apakah ada bahan peledak atau tidak. Karena tidak berbunyi, itu artinya isi koper tidak berbahaya.  

UANG DOLAR AS
Perlahan petugas membuka koper tesebut. Isinya kantong plastik hitam dibalut lakban coklat teronggok dalam koper. Petugas semakin penasaran, selanjutnya kantong plastik itu dirobek sedikit, dan terlihat lembaran dolar Amerika. "Kalau dirupiahkan nilainya mencapai Rp 5 miliar," sebut satu sumber di kepolisian.

Saat dikonfirmasi Pos Kota, Kapolsek Pasar Minggu Kompol Antonius Agus Rahmanto dan Kanit Reskrim Murgianto belum bisa memberikan penjelasan. Sedangkan Kapolres Jaksel, Kombes Wahyu Hadiningrat, mengatakan, masih menelusuri siapa pemilik uang tersebut.

Ia juga menambahkan koper tersebut sempat dibuka PRT. "Ini bukan benda berbahaya mencurigakan atau bahan peledak. Barang bukti koper masih berada di Polsek Pasar Minggu, "lanjut Kombes Wahyu.

HASIL KEJAHATAN
Kriminolog Erlangga Masdiana menilai, tidak menutup kemungkinan uang dalam koper tesebut hasil kejahatan. "Melihat jumlahnya yang besar mengindikasikan uang tersebut hasil kejahatan seperti korupsi atau money laundry," katanya saat dihubungi. "Jika per lembarnya senilai 100 dolar Amerika, kemungkinan itu hasil korupsi," tegasnya lagi.

Dia menyebutkan, tindakan si pemilik membuang uang di rumah warga diduga karena kepergok orang yang disangka aparat.

"Atau sengaja membuang di depan rumah warga dan sewaktu-waktu kembali diambil dari pemilik rumah, tempat membuang koper," tandasanhya. (yh/ian) 

  

Kamis, 25 September 2014

PEMBANTU RUMAH TANGGA DIBUNUH

Ketenangan warga Kota Bogor, terusik. Selasa pukul 06.00, rasa aman warga pun kembali terganggu dengan penemuan mayat perempuan dalam kondisi yang mengenaskan bangunan tidak terawat. Bangunan itu berada di tepi lapangan futsal yang sudah tidak terpakai di pinggir jalur kereta rel listrik di RT 001 RW 007, Sukaresmi , Tanah Sareal, Bogor.

Jenazah yang belakangan diketahui sebagai pembantu rumah tangga yang punya dua anak itu ditemukan Mulyono, warga setempat yang sedang berolahraga.

Saat berlari mengelilingi lahan bekas lapangan futsal yang terletak di pinggir jalur kereta listrik itu, Mulyono melihat sosok terbaring. Posisinya berada di dalam bangunan yang tidak terawat. Bangunan itu semasa lapangan futsal beroperasi merupakan warung dan WC untuk penyewa lapangan itu. 

Awalnya, Mulyono mengira sosok itu tunawisma yang tertidur. Namun, di putaran ketiga, ia agak curiga, sehingga mendekati sosok itu. Setelah dekat, ia amat terkejut karena tubuh itu bersimbah darah. Kondisi kepala mengenaskan.

Mulyono kemudian melapor ke Ketua RT 001 Supriyadi dan tetangga, yang kemudian diteruskan ke petugas Kepolisian Sektor Tanah Sareal.

Informasi penemuan mayat perempuan itu langung menyebar dan membuat warga Sukaresmi geger.Warga berduyun-duyun mendatangi lokasi jenazah.

Tim penyidik yang datang ke lokasi penemuan mayat kemudian membawa jenazah ke instalasi forensik RS Bhayangkara Polres Bogor Kota.

Pada awalnya tidak ditemukan identitas pada jenazah itu. Identifikasi semua  menyebutkan, jenazah itu adalah perempuan berwarna kulit putih, berambut ikal sebahu, dan berusia lebih dari 30 tahun. Jasad itu saat ditemukan mengenakan kaus merah strip hitam, bercelana panjang hitam dari bahan kain, dan bersandal jepit.

Pada jenazah ditemukan uang Rp 250.000 dalam pecahan Rp 50.000. Di dekatnya ada telepon seluler yang kondisinya sudah hancur dan batu bersimbah darah.

Batu andesit itu diyakini dipergunakan oleh pelaku  untuk melukai korban sehingga perempuan itu tewas dengan luka parah dan mengenaskan di kepala.

Pada jenazah tesebut kemudian teridentifikasi lebam di leher pertanda korban juga dicekik oleh pelaku. Darah korban masih segar saat ditemukan. Diperkirakan, korban dibunuh tidak lebih dari lima jam, sebelum jenazah ditemukan. Diperkirakan, pembunuhann terjadi antara pukul 03.00-04.00, saat lingkungan itu amat sepi karena warga masih tidur.

Penyelidikan
Hingga Selasa (16/9) malam, Kepolisian Resor Bogor Kota masih menyelidiki siapa pelaku dan motif pembunuhan perempuan tersebut. Belakangan, polisi berhasil mengetahui nama koran Nurhayanti Rohmah (35).

Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Bogor Kota Ajun Komisaris Aulia Jabar mengatakan, identitas korban bisa diketahui dari keterangan kalangan saksi dan pelacakan nomor telepon seluler yang hancur.

Korban diketahui sebagai Nurhayanti, warga RT 001 RW 013 Kedung Badak, Tanah Sareal. Kediaman korban berjarak 1-2 kilometer dari lokasi pembunuhan.

Tati Suryati (38), kakak korban, mengatakan, sudah curiga ada masalah besar ketika kediamannya didatangi oleh polisi. Kecurigaan itu terbukti, adik tercinta tenyata telah tiada dengan cara mengenaskan. Korban yang akrab dengan nama panggilan Omah itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Kompleks Kedung Badak Baru, Tanah Sareal. Kompleks ini berjarak 1-2 kilometer dari kediaman korban, atau sekitar 3 kilometer dari lokasi korban dibunuh.

Menurut Tati, Omah baru bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama sebulan. Korban pernah menikah dan punya dua anak. Pernikahan korban kandas. Omah yang sudah bercerai dengan suaminya itu akhir-akhir ini menjalin hubungan dengan seorang pria yang ciri-ciri fisiknya tidak diketahui oleh kerabat dan keluarga. Sang lelaki selalu menjemput dan mengantar Omah, tetapi tidak sampai ke rumah sehingga tidak terlihat.

Di sekitar lokasi pembunuhan masih berupa lahan tidak termanfaatkan. Di sampng bekas lapangan futsal itu berupa ladang singkong dan pisang. diseberangnya berupa lahan semak belukar yang sebagian kecil dipergunakan untuk bak penampungan sampah. Di antara lapangn dan jalur KRL ada jalan aspal menuju Kompleks Graha Grande.

Jalan aspal dan jalur KRL itu sejajar dengan jalan Cilebut. Saat malam, jalan aspal itu gelap. Jalan itu kerap dijadikan lokasi pacaran. Bahkan, bangunan kosong tempat korban ditemukan pernah dijadikan tempat orang  berhubungan seksual. Berkali-kali warga memergoki dan mengusir pasangan yang hendak berhubungan intim di tempat tersebut. (BRO)

   

     

PEMBANTU BUNUH MAJIKAN DIPERIKSA KONDISI KEJIWAAN

BEKASI (Pos Kota) - Penyidik Polsek Tarumajaya, sampai saat ini belum memeriksa Aminah, 30, pembantu rumah tangga yang tega menganiaya majikannya hingga tewas.

"Tersangka masih sulit dimintai keterangan," ujar Kompol Wirdhanto, Kasat Reskrim Polresta Bekasi Kabupaten, saat dihubungi Senin petang (22/9). Dia menyebutkan semua penanganan dilakukan penyidik polsek. 

Saat ini pelaku yang menganiaya, Ny Rusti Br Sinaga, 76, warga Perumahan Harapan Indah, Cluster Aralia, Blok Hy 23/5 RT 1/17, Desa Pusaka Rakyat, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, hingga tewas dengan luka di leher, masih dalam pemeriksaan kedokteran RS Polri Kramat jati, Jakarta Timur. 

Polisi terpaka memerika kejiwaan Aminah, karena usai menganiaya majikannya dia seperti orang linglung, bahkan mencoba bunuh diri dengan menikam urat nadinya sendiri.

Sebelumnya, Aminah nekat membunuh Rusti Br Sinaga diduga kesal karena sering diomeli korban. Pelaku menikam leher korban dengan pisau dapur berkali-kali. Korban tewas dalam perjalanan ke rumah sakit, (Pos Kota, 22/9). (saban/yo)

Wanita Pembantu Rumah Tangga Habisi Majikan, Diduga Kesal Kerap Diomeli

BEKASI (Pos Kota)- Diduga kesal kerap dimarahi, wanita pembantu kalap menghabisi nyawa perempuan majikan. Pelaku menikam leher korban dengan pisau dapur berkali-kali. Korban tewas dalam perjalanan diangkut ke rumah sakit.

Usai membunuh Ny Rusti Br Sinaga, 76, tersangka Aminah, 30, berperilaku mirip orang stres. Pembantu rumah tangga (PRT) ini terlihat murung dan linglung, bahkan mencoba bunuh diri dengan menyayat urat nadi. 

Beruntung aksi itu dipergoki petugas Polsek Tarumajaya tempat pelaku diamankan. Aminah pun dijadwalkan diperiksa kondisi kejiwaannya di RS Polri Kramat Jati, Jaktim.

Atas kondisi psikis korban itu pula yang membuat petugas kesulitan untuk mengungkap motip di balik aksi sadis tersebut. "ditanya ada masalah apa dengan majikannya, tersangka terus diam," kata Kasubag Humas Polresta Bekasi Kabupaten, Iptu Makmur.

Kendati demikian, dari keterangan yang dihimpun di lokasi kejadian, pembunuhan sadis yang berlangsung di kediaman koran di Perumahan Harapan Indah, Cluster Aralia Blok HY23/5, RT 1/17, Desa Pusaka Rakyat, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi itu diduga dipicu rasa kesal pelaku yang sering dimarahi korban. 

BARU BEKERJA
Keterangan tetangga korban, pelaku diketahui baru beberapa hari kerja di rumah korban.Sejumlah tetangga mengaku pernah mendengar korban marah-marah pada pelaku. "Pembantunya sering diomelin. Mungkin dia kesal sering dimarahin," sebut satu warga yang enggan disebut namanya.

Di hari naas itu, warga tak lagi mendengar suara marah korban. Justru sore itu sekitar pukul 17.00 warga digemparkan dengan ditemukannya tubuh Ny. Rusti tergeletak bemandikan darah di kediamannya.

Dari tempat itu, polisi mengamankan Aminah, pembantunya yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut. Sebilah pisau dapur yang menjadi alat pelaku menghabisi korban diamankan petugas sebagai barang bukti. (saban/yh/0)

Jumat, 19 September 2014

JASA BABYSITTER & PRT CADANGAN

Menjelang Hari Raya Lebaran, pastinya banyak kaum ibu pusing ditinggal mudik pembantu rumah tangga (PRT) atau babysitter. Namun, kini hal itu tak jadi soal. Banyak yayasan penyalur jasa PRT dan babysitter menyediakan pembantu dan babysitter infal.

Minggu (23/10) pagi sebuah rumah sederhana di Jalan Kusuma Utara 2, Perumahan Wisma Jaya, Kelurhahn Duren Jaya, Bekasi Timur tampak sepi. Dari luar, tak tercium kesibukan apa pun.

Minggu, 31 Agustus 2014

CUMA PEMBANTU YANG TIDAK DISITA BPPN

ILUSTRASI sederhana ini bisa terjadi. Seekor kucing meloncat. Ekornya yang lucu menyenggol piring Cina kuno abad 16 di atas meja bergaya Gothik. "Prang...! Meong...! "Piring hiasan berharga belasan juta rupiah itu remuk menjadi berkeping-keping.
Dengan rasa takut, si pembantu membuang semua serpihan piring tadi ke sungai tak jauh dari situ. Dia yakin pemiliknya yang seorang bankir tak akan tahu karena masih ada puluhan piring sejenis koleksinya. 
Beres? Nanti dulu! Jika pemilik rumah mewah itu sudah menandatangani Surat Kesepakatan Awal (SKA) dengan BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Persoalannya bisa  berabe. Jika dia tak tahu piring antiknya menghilang satu, sehingga dia tidak melapor kepada sang tuan BPPN, salah salah bankir itu bisa masuk bui karena tuntutan penggelapan. 
Sebab, dengan menandatangi SKA, bisa jadi seluruh rumah dan seisinya - tentunya tidak termasuk pembantu tadi - sudah dianggap BPPN menjadi milik negara. Pasalnya, sang bankir yang menempati rumah itu adalah salah satu bankir 38 bank beku kegiatan usaha (BBKU). Dengan begitu, cuma pembantu tadi saja yang tidak disita BPPN. 
Tapi, kenapa bankir itu mau menandatangi SKA yang disodorkan BPPN? Dari berkas bocoran SKA yang diperoleh Media, tertera sejumlah klausul yang memang mengindikasikan adaya pemaksaan. Hal itu antara lain menyangkut penentuan jumlah dana penjaminan dan dana likuiditas.
Dalam surat itu, BPPN menyebut selama ini bank telah menerima dana likuiditas dari pemerintah guna menjaga kelangsungan dunia usaha. Selain itu bank juga dinyatakan telah menerima dana penjaminan sebagai pembayar kewajiban bank pada pihak ketiga. disebutkan pula dana likuiditas dan dana penjaminan tersebut akan ditetapkan kemudian oleh BPPN berdasarkan penelitian BPPN sendiri.
Menurut catatan sebuah konsultan hukum, SKA tadi mencerminkan dominasi salah satu pihak atas pihak lainnya. Padahal, kesepakan harus berdasarkan persetujuan dan dibuat kedua belah pihak dengan asas fair serta reasonable, dan tidak boleh ada unsur paksaan.
Dia menyebutkan, berdasarkan pengertian tersebut SKA itu dapat dibatalkan atau batal demi hukum. Ini berkaitan dengan ketentuan kebebasan bersepakat yang dijamin KUHPerdata dan KUHPidana.
Legal opinion juga menyoroti, antara lain, hal yang berkaitan dengan upaya pengelolaan kekayaan pemegang saham bank. SKA menyatakan sejak tanggal penandatangan SKA sampai penandatangan perjanjian penyelesaian, pemegang saham serta pihak terafiliasi tidak dapat mengambil tindakan apa pun terhadap kekayaan pemegang saham. Kecuali mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari BPPN.  
Menurut catatan konsultan hukum itu, dengan demikian tidak boleh ada perubahan status hukum terhadap kekayaan pemegang saham dan pihak terafiliasi. Hal ini berarti pemegang saham harus mengabaikan kewajibannya kepada pihak lain, seperti kepada kreditor yang juga memiliki kekuatan mengikat secara hukum.

Posisi pemengan sahan akan sangat sulit menghadapi kewajiban-kewajibannya terhadap pihak lain yang sudah jatuh tempo. Akibatnya, pemegang saham tidak mungkin menghindari tuntutan hukum kreditor di kemudian hari.   

Masalah yang sama juga akan dihadapi pihak terafiliasi. Ketentuan yang mengikat mereka tidak memungkinkan pihak terafiliasi bergerak sedikit pun. Sebab, hal itu akan menyimpang dari ketentuan, sehingga kesalahan itu akan semakin memberatkan pemegang saham.

Kesaktian BPPN dalam surat kesepakatan awal itu juga terlihat dari ketentuan yang memungkinkan BPPN melakukan tindakan hukum terhadap pemegang saham dan pihak terafiliasi di tempat kedudukannya dan tempat kedudukan kekayaan pemegang saham, di dalam maupun luar negeri. Bila langkah ini diperlukan maka pemegang saham dan pihak terafiliasi terpaksa harus setuju-setuju saja.

Seorang bankir mengungkap pemegang saham seolah dipaksa bertanggung jawab atas utang yang  belum pasti ada dengan jumlah tidak diketahui. Karena itu, dia usul agar materi SKA dapat direvisi dan merupakan hasil pembicaraan bersama antara BPPN dan bankir.

Lantas, apa kata BPPN? Staf agency secretary BPPN, Franklin Richard. "SKA adalah salah satu bukti iktikad baik bankir untuk bersedia menyelesaikan kewajibannya jika hasil due diligence BPPN memang menunjukkan 'sesuatu' yang harus diselesaikan bankir," ujarnya.

"BPPN akan menggunakan akurasi data dan tahapan pertimbangan sebelum ambil keputusan. Untuk itu, sikap kooperatif bankir sangat  membantu jika maslalahnya ingin cepat selesai. Mereka tak perlu khawatir secara berlebihan. BPPN hanya ingin mengembalikan uang  negara. Bukan mau bunuh bankir," tambah Franklin. (Arie Apriadi/Bambang Agus Utomo/U-2)   
 

Kamis, 28 Agustus 2014

REPOTNYA JIKA PEMBANTU MUDIK

LEBARAN? Aduuuh! Itu berarti para pembantu mudik alias pulang kampung. Padahal, dalam sebuah rumah tangga di kota besar seperti Jakarta, kegiatan sehari-hari tetap berjalan. Tidak semua orang mendapat cuti dari perusahaan.

Sedangkan pembantu rumah tangga (PRT) pulang antara satu hingga dua minggu. Alhasil cucian menumpuk, rumah berantakan, makanan suami serta anak terbengkalai, bingung mengurus balita, dan akhirnya emosi pun sering tidak terkendali.

Hal seperti itu pernah dialami Novita, ibu tiga anak, salah satu di antaranya masih balita. Dua tahun lalu, dia selalu kebingungan saat menjelang Idul Fitri. "Bukan apa-apa, pembantu selalu izin pulang dua minggu. Kalau sudah begini saya bingung sekali. Apalgi ketika harus berangkat kerja. Untunglah ada mertua, jadi anak-anak bisa dititipkan," tutur Novita yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta Pusat.

Meski anak-anak sudah dititipkan, Novita tetap merasa kewalahan. Dia harus mencuci pakaian, menyetrika, memasak, dan membersihkan rumah. "Suami memang membantu, tapi terbatas pada membersihkan rumah. Karena kecapaian, emosi saya terkadang tidak terkendali. Jadilah saat Lebaran kita malah sering bertengkar," katanya.

Untunglah, kebingungan itu sekarang tidak lagi dialami. Anak pertama dan kedua sudah berusia delapan dan enam tahun sehingga bisa mulai membantu. Dan, yang terpenting, dia mendapatkan jalan keluar dengan menyewa pembantu sementara (pembantu infal) dari yayasan tenaga kerja yang dia ketahui dari seorang teman. "Biayanya memang lebih mahal dan kita harus memesan dua bulan sebelum Idul Fitri. Tapi, tidak menjadi masalah. Saya bisa bekerja dengan tenang, dan ank-anak pun lebih terperhatikan."

JASA YAYASAN
Menyewa PRT sementara ternyata juga dilakukan Memes, model dan penyanyi yang punya nama lengkap Meidyana Maemunah. Setiap Idul Fitri, katanya, dia, suami dan anak selalu merayakan di  Jakarta. "Keluarga orang tua saya dan suami memang tinggal di Jakarta, Jadi tidak perlu mudik," katanya ketika dihubungi Media beberapa waktu lalu. 

Tapi masalahnya, dua orang pembantu yang biasa membantu mengurus rumah, dan anak bungsunya pulang kampung.

Untuk mengatasi kerepotan pekerjaan rumah tangga selama Lebaran, istri musisi Addie MS dan ibu dari Kevin Aprilio, 12, dan Tristan Juliano, 5, ini mengambil jasa pembantu sementara atau 'lebih sering disebut dengan istilah inval.

Pembantu sementara yang disewa Memes adalah para tenaga kerja wanita (TKW) yang sedang menjalani training atau menunggu keberangkatan ke luar negeri. Oleh sebab itu pelantun tembang Terlanjur Sayang ini mesti rela jika pembantu sementaranya tiba-tiba ditarik kembali karena harus berangkat ke luar negeri.

"Bagi saya tidak ada masalah. Tidak masalah juga dengan biaya yang lebih besar maupun perjanjian minimal hari menggunaan jasa. Dan, saya tidak kapok mesti pernah ada pembantu pengganti yang tiba-tiba menghilang dengan membawa sejumlah uang, itu risiko," katanya.

Lebih lanjut Memes mengatakan, biasanya, puncak kesibukan di keluarganya hanya  terjadi beberapa hari menjelang Lebaran dan dua hari libur Idul Fitri. "Pada hari ketiga di bulan Syawal kami punya tradisi pergi keluar negeri atau ke Bali dan Puncak. Tahun ini kami menginap tiga hari di Puncak ,"tuturnya.

Agaknya, menginap di hotel selama beberapa hari memang menjadi pilihan bagi sebagian warga kota besar yang memilki uang lebih. Menurut Memes, dia sengaja menganggarkan dan mempersiapkan dana lebih besar pada saat Lebaran.

Sangat membantu
Menyewa jasa pembantu selama Lebararn ternyata juga dilakukan ibu rumah tanga yang juga dikenal sebagai psikolog remaja Tika Bisono," Anak saya tiga orang dan masih balita. Tidak mungkin saya menangani sendiri semua pekerjaan rumah tanga dan kebutuhan anak-anak. Jadi, saya memilih menggunakan jasa pembantu inval atau sementara," katanya.

Tika sendiri tidak berharap terlalu banyak terhadap pembantu sementara yang disewanya,. Yang penting bisa membantu pekerjaan rumah tangga seperti cuci-mencuci, setrika, dan berbenah rumah.

Dari segi kualitas pekerjaan, menurut Tika, pembantu sementara tidaklah semahir dan seterampil pembantu permanen." Namun dalam keadaan sendirian saat menjelang Lebaran, keberadaan mereka dirasa  sangat membantu,. Lagi pula  saya pikir sekaligus berbagi rezeki dan membangun silaturahmi baru karena biasanya mereka membawa saudara atau kenalannya untuk menjadi pembantu di Jakarta," tambah Tika yang kini disibukkan dengan kegiatan mengasuh dua putri dan seorang putra. Mereka adalah Janis (5), Janika (4), dan Julian (1,5).

Selain menggunakan jasa pembantu sementara. Tika mengaku menggunakan cara lain agar pembantu tetapnya cepat kembali Ke Jakarta. Cara yang menurut dia cukup ampuh adalah memberikan bonus di luar tunjangan hari raya bila mereka lebih cepat kembali bekerja. 

Sistem gotong royong
Jika Memes dan Tika tertarik mengunakan jasa PRT sementara, mantan peragawati Ratih Sanggarwati lebih senang menerapkan sistem gotong-royong. "Kebetulan kami keluarga besar, jadi bisa saling tolong menolong," katanya.

Soal kesibukan karena ditinggal pembantu, Ratih mengatakan tidak masalah. Sebab, jauh-jauh hari dia sudah mengatur waktu kepulangan para pembantu-nya. "Jadi, ada yang mudik duluan, ada yang pulang belakangan. Saya sendiri dan keluarga kan harus pulang ke Ngawi," katanya.

Karena kondisi seperti itu, maka Ratih mengaku tidak tertarik menggunakan jasa PRT sementara.

"Selain itu, ketrampilan mereka pasti tidak sebaik yang tetap. anak-anak saya juga belum akrab, sehingga kehadiran mereka tidak akan banyak membantu," kata Ratih yang memiliki tiga anak. (Novi Ardiani/N-4) 










 

MANTAN PEMBANTU KURAS HARTA MAJIKAN

TANGERANG (Pos Kota) - Berbekal 'pengalaman' bekerja sebagai pembantu, pemuda ini menguras harta di rumah eks majikan. Perumahan Arinda, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Dalam aksinya, pelaku merekrut tiga pelajar SMP untuk dijadikan kaki tangan.

Tak hanya menjarah harta benda korban, bandit ini juga melukai penjaga rumah dengan senapan angin yang dibawanya. Polisi meringkus ke-4 pelaku di kediamannya masing-masing di kawasan Pondok Aren, Sabtu (16/8) malam.

Kepada petugas, David, 23, berdalih merampok di rumah Feronika di Perumahan Arinda 1, Bok E8B, Pondok Aren, dipicu sakit hati lantaran dipecat oleh korban. "Kerja saya dianggap tak becus," kata pelaku kepada aparat Polsek Pondok Aren. 

Menurut pengakuannya, peran ketiga pelaku lain, S, 14, D, 13, dan R, 14, adalah mengawasi situasi di sekitar rumah. "Ketiga remaja itu masih berstatus sebagai pelajar SMP," kata Kapolsek Pondok Aren Kompol Bahtiar Alfonso, Minggu (17/8).

" Untuk jaga-jaga, pelaku juga membawa senapan angin. Senjata itu kita temukan di rumahnya saat kita sergap," kata Kompol Bahtiar didampingi Kanit Reskrim Ipda Sagala SH. 

PINTU BELAKANG
Tak sulit buat David untuk masuk ke rumah korban mengingat ia pernah bekerja di tempat itu. Ia tahu kalau pintu belakang rumah korban tak pernah terkunci.

Begitu berada di dalam, ia langsung bergerak ke tempat biasa sang mantan majikan meletakkan barang berharga. Dari tempat itu David mengassak empat HP jenis Samsung Galaxy, Flexi dan Blackberry serta uang Rp 600 ribu.

Namun pada saat pelaku hendak kabur keluar rumah dipergoki oleh penjaga rumah, Jamaludin yang kemudian ditembak hingga mengenai hidungnya. Jamaludin kini menjalani perawatan di RS Bintaro.

"Atas perbuatannya itu tersangka kita jerat pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan dengan ancaman 8 tahun penjara, " kata Kapolsek. (maryoto/yh/o)  

Jadi Saksi Kunci, Pembantu Jessica Masuk Perlindungan Saksi Polisi

PENYIDIK Polda Metro Jaya hingga kini masih mencari penyebab pasti mengapa Jessica Kemala Wongso membuang celana jinsnya, celana yang dip...